Jakarta (KABARIN) - Di dunia medis dan hukum, tes DNA sudah lama digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memastikan hubungan biologis, mengidentifikasi seseorang, hingga membantu proses penyelidikan kriminal.
Secara sederhana, DNA atau Deoxyribonucleic Acid bisa dibilang seperti “rancangan dasar” tubuh manusia. Di dalamnya tersimpan semua informasi genetik yang membuat setiap orang unik. Melalui analisis ilmiah, tes DNA mampu mengungkap hal-hal yang tak bisa dilihat kasat mata — mulai dari hubungan darah, potensi penyakit genetik, sampai kemungkinan seseorang menurunkan kondisi tertentu ke anaknya.
Apa itu tes DNA?
Tes DNA, atau sering juga disebut tes genetik, adalah pemeriksaan medis untuk mendeteksi adanya perubahan atau mutasi pada gen, kromosom, atau protein dalam tubuh seseorang. Tujuannya bukan hanya untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit genetik, tetapi juga untuk memprediksi risiko mengembangkan penyakit tertentu di masa depan atau mewariskannya kepada keturunan.
Prosesnya bisa dilakukan dengan mengambil sampel dari darah, kulit, rambut, jaringan tubuh, hingga cairan ketuban. Dari sampel ini, laboratorium akan menganalisis apakah ada kelainan atau perubahan genetik tertentu. Hasilnya bisa membantu dokter memperkirakan kondisi kesehatan seseorang di masa depan, serta memberikan pemahaman lebih dalam tentang “kode genetik” yang membentuk diri kita.
Bagaimana cara kerjanya?
Tahap pertama tes DNA dimulai dengan pengambilan sampel. Yang paling umum digunakan adalah darah, air liur, atau rambut — tergantung tujuan tesnya. Dalam kasus tertentu, seperti pemeriksaan prenatal (sebelum bayi lahir), sampel bisa diambil dari cairan ketuban. Untuk bayi baru lahir, prosedur biasanya dilakukan dengan meneteskan sedikit darah dari tusukan kecil di tumit bayi.
Setelah sampel dikumpulkan, semuanya dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Di sana, para teknisi akan memeriksa apakah ada perubahan pada gen, kromosom, atau protein. Hasilnya kemudian dikirim kembali ke dokter atau penyedia layanan kesehatan untuk dijelaskan kepada pasien.
Secara umum, tes DNA tergolong aman dan punya risiko fisik yang sangat rendah. Namun, untuk tes prenatal, tetap ada sedikit risiko keguguran karena melibatkan pengambilan cairan ketuban dari sekitar janin. Di luar itu, risiko yang lebih besar justru bersifat emosional dan finansial.
Hasil yang tak terduga bisa memunculkan rasa cemas, takut, bahkan stres. Sementara dari sisi biaya, tes DNA cukup bervariasi — mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung jenis dan kompleksitasnya.
Meski begitu, penting diingat bahwa tes DNA tidak bisa menjawab semua pertanyaan tentang kondisi genetik seseorang. Hasilnya pun tidak selalu 100 persen akurat, karena tes ini tidak dapat memprediksi tingkat keparahan atau waktu pasti munculnya suatu penyakit genetik.
Jadi, kalau kamu tertarik melakukan tes DNA, pastikan untuk berkonsultasi dulu dengan tenaga medis agar hasilnya bisa dipahami dan digunakan dengan bijak.