Tripoli (KABARIN) - Pemerintah Persatuan Nasional (Government of National Unity/GNU) Libya pada Minggu (5/10) mengumumkan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Indonesia untuk membentuk komite gabungan guna memperkuat konsultasi ekonomi, demikian dilansir Kantor Berita Libya (Libyan News Agency/LNA).
Kesepakatan tersebut dicapai dalam pertemuan antara Perdana Menteri GNU Libya Abdul-Hamid Dbeibah dan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (RI) Muhammad Anis Matta, yang saat ini sedang mengunjungi Tripoli, ibu kota Libya.
Menurut laporan tersebut, selama pertemuan, kedua belah pihak membahas kerja sama bilateral di berbagai bidang, termasuk pembentukan mekanisme konsultasi rutin melalui komite gabungan, penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) di bidang investasi, energi, pendidikan, dan budaya serta penjajakan peluang di sektor infrastruktur, perdagangan, dan jasa.
"Disepakati ... untuk membentuk komite teknis gabungan guna menangani berkas-berkas ekonomi yang tertunda antara kedua negara dan menyelesaikan kewajiban-kewajiban sebelumnya dengan cara yang memperkuat kepercayaan dan membangun fondasi bagi kerja sama ekonomi berkelanjutan di fase mendatang," ungkap laporan tersebut.
Kedua belah pihak juga menyatakan minat untuk meningkatkan kerja sama di bidang kesehatan, transportasi, pelabuhan, dan bandara serta memanfaatkan keahlian Indonesia dalam mengelola fasilitas-fasilitas esensial dan mengembangkan kompetensi teknis.
Dbeibah menekankan "keinginan Libya untuk memperluas kemitraannya dengan negara-negara besar di Asia dan negara-negara Islam," serta menyambut baik "kelanjutan konsultasi untuk menyelenggarakan forum ekonomi bersama di Tripoli atau Jakarta dalam waktu dekat guna mengaktifkan kerja sama praktis antara kedua negara."
Menurut LNA, dalam pertemuan pada Sabtu (4/10) dengan Presiden Dewan Kepresidenan Libya Mohamed Al-Menfi, Anis Matta menyampaikan keinginan Indonesia untuk menjalin "kemitraan strategis" dengan Libya.
Anis Matta tiba di Tripoli pada Jumat (3/10) untuk melakukan kunjungan resmi selama empat hari guna membahas cara-cara untuk mengembangkan hubungan Indonesia dengan Libya.