Mengenal Umar Wirahadikusumah, sosok Wapres ke-4 RI

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Nama Umar Wirahadikusumah kembali ramai diperbincangkan setelah kabar duka meninggalnya sang istri, Karlinah Djaja Atmadja. Di balik sosoknya yang tenang, Umar dikenal sebagai figur militer yang tegas, berintegritas, dan berdedikasi tinggi untuk Indonesia.

Latar belakang dan pendidikan

Umar Wirahadikusumah lahir di Situraja, Sumedang, Jawa Barat, pada 10 Oktober 1924. Ia merupakan anak dari Raden Rangga Wirahadikusumah, seorang pejabat pemerintahan, dan Raden Ratnaningrum. Masa kecilnya diwarnai dengan disiplin ketat khas keluarga bangsawan Sunda.

Setelah ibunya meninggal, Umar dibesarkan oleh sang nenek di Cicalengka. Ia sempat menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), kemudian pindah ke Europesche School (ELS) dan lulus pada 1942. Tak berhenti di situ, Umar melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan sempat mengikuti pendidikan militer Jepang di Dai Nippon, Tangerang.

Minatnya pada dunia militer makin kuat saat ia bergabung dengan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) pada 1944. Setelah Indonesia merdeka, Umar ikut membangun Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang menjadi cikal bakal TNI.

Karier militer dan pemerintahan

Perjalanan karier Umar di militer dimulai dari bawah. Ia pernah menjadi Komandan Peleton di Tasikmalaya dan Pangandaran, lalu ikut berjuang dalam berbagai pertempuran penting setelah kemerdekaan.

Kariernya makin menanjak saat bergabung dengan Divisi Siliwangi. Umar juga dikenal berperan besar dalam menumpas pemberontakan seperti Peristiwa Madiun 1948 dan PRRI di Sumatra.

Puncak pengabdiannya di dunia militer terjadi ketika ia menjabat sebagai Panglima Kodam V/Djayakarta. Dalam masa itu, Umar memegang peranan penting dalam menghadapi Gerakan 30 September (G30S/PKI) tahun 1965. Ia memastikan keamanan Jakarta tetap terkendali dan melaporkan situasi kepada Mayjen Soeharto.

Setelah peristiwa itu, Umar dipercaya menjadi Panglima Kostrad, Wakil Panglima Angkatan Darat, hingga akhirnya Kepala Staf TNI AD. Ia dikenal disiplin, jujur, dan tidak kompromi terhadap korupsi.

Setelah pensiun dari militer, Umar diangkat menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 1973. Selama menjabat, ia terkenal berani menegaskan bahwa tidak ada lembaga pemerintah yang benar-benar bersih dari korupsi.

Atas ketegasan dan loyalitasnya, Presiden Soeharto menunjuk Umar sebagai Wakil Presiden RI pada 11 Maret 1983. Meski awalnya sempat mengejutkan banyak pihak, Umar berhasil menunjukkan kepemimpinan yang sederhana dan berintegritas tinggi. Ia sering melakukan inspeksi mendadak dan bahkan turun langsung menyamar untuk memantau kebijakan pemerintah di lapangan.

Masa jabatannya berakhir pada 1988 dan digantikan oleh Sudharmono. Banyak pihak mengenangnya sebagai Wapres yang bersih dan berdedikasi.

Kehidupan pribadi dan penghargaan

Umar menikah dengan Karlinah Djaja Atmadja pada 2 Februari 1957. Dari pernikahan itu, mereka memiliki dua anak, Rina Ariani dan Nila Shanti, serta enam cucu. Kehidupan rumah tangga mereka dikenal harmonis dan sederhana.

Selama masa pengabdiannya, Umar menerima banyak penghargaan, di antaranya Bintang Mahaputera Adipradana, Bintang Republik Indonesia Adipradana, dan Bintang Dharma. Ia juga mendapatkan penghargaan dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Prancis, dan Korea Selatan.

Wafat dan penghormatan terakhir

Umar Wirahadikusumah wafat pada 21 Maret 2003 di Jakarta pada usia 79 tahun setelah lama berjuang melawan penyakit jantung dan paru-paru. Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Dua dekade kemudian, sang istri Karlinah Djaja Atmadja berpulang pada 6 Oktober 2025 di usia 95 tahun. Ia dimakamkan berdampingan dengan suaminya, menutup kisah panjang pasangan yang mengabdikan hidupnya untuk bangsa.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka