Penglihatan yang buruk bisa memengaruhi kondisi emosional, dan sebaliknya, stres atau kecemasan juga bisa memperburuk fungsi penglihatan
Jakarta (KABARIN) - Dokter spesialis mata dari YSKKN Kianti Raisa Darusman mengingatkan kalau gangguan penglihatan pada anak bisa berdampak besar pada kesehatan jiwa mereka, terutama anak usia sekolah.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa anak dengan gangguan penglihatan berisiko mengalami masalah emosional, seperti cemas, sedih, dan sulit fokus di sekolah,” ujar Kianti saat ditemui usai kegiatan uji publik inovasi pemeriksaan mata dan jiwa anak di Jakarta, Kamis.
Dari survei lebih dari 1.200 pelajar SD dan SLB, ditemukan sekitar 40 persen anak di Jakarta mengalami gangguan penglihatan, dan 70 persennya juga menunjukkan gejala emosional. Anak-anak yang matanya terganggu cenderung mudah frustrasi, kehilangan kepercayaan diri, dan sulit bersosialisasi di sekolah.
“Masalahnya sederhana, tapi dampaknya besar. Anak bisa dikira tidak fokus atau nakal, padahal sebenarnya ia tidak bisa melihat dengan jelas,” tambahnya dalam kegiatan yang juga dihadiri mantan Menteri Kesehatan Nila Moelok.
Kianti juga menjelaskan kalau hubungan antara penglihatan dan kesehatan jiwa bersifat dua arah. Anak yang stres atau cemas berisiko memperburuk penglihatan, dan sebaliknya penglihatan yang buruk bisa memicu masalah emosional.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya skrining terpadu yang menilai tidak hanya fungsi mata tapi juga kondisi psikologis anak. Pendekatan holistik ini bisa diintegrasikan ke sistem pendidikan dan kesehatan nasional, termasuk Program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
“Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah dalam memperluas layanan deteksi dini kesehatan mata dan jiwa anak di sekolah seluruh Indonesia,” pungkas Kianti.