Semarang (KABARIN) - Program Dokter Spesialis Keliling (Speling) yang terintegrasi dengan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Jawa Tengah ternyata menemukan fakta menarik, yaitu gangguan kesehatan jiwa menjadi salah satu penyakit yang paling banyak terdeteksi.
“Ini saya amati, yang banyak itu ternyata gangguan jiwa. Makanya, dokter spesialis jiwa kita ikutkan di program Speling,” ujar Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi di Semarang, Sabtu (11/10).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jateng per 10 Oktober 2025, sebanyak 5,9 juta warga sudah menjalani skrining kesehatan jiwa melalui Speling, CKG, hingga pemeriksaan di sekolah-sekolah. Dari jumlah tersebut, 32.735 orang (0,55 persen) menunjukkan indikasi gejala depresi, sementara 28.846 orang (0,49 persen) mengalami gejala kecemasan.
Ahmad Luthfi menjelaskan, program Speling memang dibuat untuk mendekatkan layanan dokter spesialis ke masyarakat pedesaan. Hingga September 2025, Speling sudah hadir di 560 desa di seluruh Jateng, dan terus diperluas agar semakin banyak warga bisa mendapat layanan kesehatan gratis.
“Di desa-desa itu tidak banyak yang mengenal dokter spesialis. Speling yang diintegrasikan dengan CKG ini bukti hadirnya negara untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan basis desa. Ini akan terus kami lakukan,” tegasnya.
Lansia jadi kelompok paling rentan
Temuan di lapangan juga menunjukkan bahwa gangguan jiwa ringan seperti depresi dan kecemasan paling sering dialami oleh warga lanjut usia (lansia).
“Terutama lansia yang tinggal sendiri di rumah, tanpa ada anak yang menemani,” kata dr Dwi Rejeki Nursanti, dokter spesialis jiwa RSJD RM Soedjarwadi Klaten, yang juga terjun langsung memberikan layanan kejiwaan dalam program Speling.
Menurut Dwi, dari 10 pasien yang ia tangani, tujuh di antaranya datang karena mengalami kecemasan dan depresi ringan. Mayoritas pasien tersebut adalah orang tua berusia di atas 50 tahun, bahkan ada yang sudah 65 tahun.
“Tadi ada dua orang yang merasa sendiri karena anaknya merantau semua. Agak depresi karena rindu pada anaknya,” ujarnya.
Bisa dicegah lewat aktivitas sosial
Dwi menyarankan agar gejala-gejala seperti rasa cemas dan depresi pada lansia bisa dikurangi lewat kegiatan sosial yang melibatkan banyak orang, misalnya pengajian, arisan PKK, posyandu lansia, atau kumpul komunitas sebaya.
Selain program Speling, RSJD RM Soedjarwadi juga menjalankan program “Sapu Jagad”, yang memungkinkan masyarakat melaporkan keberadaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di lingkungannya.
“Rumah sakit akan menjemput, melakukan pengobatan termasuk terapi dan membekali skill. Setelah sembuh, pasien dikembalikan lagi ke masyarakat,” jelas Dwi.
Program Speling dan Sapu Jagad ini menjadi bentuk nyata upaya pemerintah Jawa Tengah dalam menjangkau kesehatan mental masyarakat hingga pelosok desa, karena, seperti kata Gubernur Luthfi, “kesehatan jiwa juga bagian penting dari kesehatan masyarakat.”