Sudan desak dunia bersuara atas kekejaman RSF di El-Fasher

waktu baca 2 menit

Khartoum/Istanbul (KABARIN) - Pemerintah Sudan menegur keras dunia internasional yang dinilai bungkam terhadap kekerasan brutal yang terus dilakukan oleh Pasukan Dukungan Cepat atau RSF di wilayah El-Fasher, Darfur Utara, dan Bara di Kordofan Utara.

Menteri Luar Negeri Sudan Mohieldin Salem menyampaikan kekecewaannya dalam pertemuan dengan Direktur Jenderal Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Amy Pope di Port Sudan.

Dalam kunjungan kerja selama lima hari itu, Salem mengatakan bahwa keheningan komunitas global membuat pelanggaran RSF terus berulang tanpa ada langkah nyata untuk menghentikannya. Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama internasional untuk mengakui RSF sebagai organisasi teroris.

Pemerintah Sudan, lanjut Salem, tetap berkomitmen mendukung kegiatan kemanusiaan dan menjaga keselamatan para relawan. Ia juga menyoroti hubungan baik antara Sudan dan IOM dalam membantu proses pemulangan sukarela warga yang mengungsi akibat konflik.

Sejak pecahnya perang antara militer Sudan dan RSF pada April 2023, kondisi kemanusiaan di negara itu semakin memburuk. Puluhan ribu warga dilaporkan tewas dan jutaan lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat aman.

Dalam pertemuan tersebut, Amy Pope menyampaikan rasa solidaritas kepada rakyat Sudan atas penderitaan yang terjadi di El-Fasher. Ia menegaskan komitmen IOM untuk membantu para pengungsi baru di wilayah Al-Dabba dan Tawila yang kini menampung ribuan orang setelah serangan RSF.

Selama kunjungan ke Sudan, Pope dijadwalkan menemui sejumlah pejabat pemerintahan serta meninjau langsung kondisi pengungsi di Al-Dabba dan Khartoum. Ia juga akan memantau upaya rekonstruksi serta program pemulangan sukarela yang sedang dijalankan pemerintah Sudan.

Konflik semakin meluas setelah RSF merebut Kota Bara pada akhir Oktober. Aksi itu memicu gelombang pengungsian besar-besaran dan tuduhan pelanggaran berat terhadap warga sipil. Meski RSF membantah tudingan tersebut, berbagai laporan dari lembaga lokal dan internasional menyebut adanya pembantaian di El-Fasher.

Pemimpin RSF, Mohamed Hamdan Dagalo atau Hemedti, mengakui adanya pelanggaran oleh pasukannya dan berjanji akan melakukan penyelidikan. Namun hingga kini, RSF masih menguasai hampir seluruh wilayah Darfur barat, sementara militer Sudan mempertahankan kendali di sebagian besar daerah selatan, timur, dan tengah negara itu.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka