BGN jelaskan kenapa bantuan MBG tidak diberikan dalam bentuk uang

waktu baca 2 menit

...kita enggak berikan ke orang tuanya uang karena kita yakin program ini harus dilakukan dengan benar-benar memberikan makanan kepada anaknya

Jakarta (KABARIN) - Badan Gizi Nasional membagikan alasan di balik keputusan mereka yang tidak menyalurkan bantuan Program Makan Bergizi Gratis dalam bentuk uang ke orang tua siswa.

Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN Tigor Pangaribuan mengatakan bahwa lembaganya sudah punya rancangan sistem yang memastikan bantuan gizi diberikan langsung dalam bentuk makanan agar benar-benar dikonsumsi oleh penerima manfaat.

Ia memberi gambaran sederhana. “Kalau orang tua misalnya punya tiga anak, Rp15 ribu per anak itu kan sekitar Rp450 ribu kalau tiga anak ya, jadi dia akan mendapatkan sekitar Rp900 ribu per bulan, kalau di kali 12 sekitar Rp10-11 juta. Nah, kita enggak berikan ke orang tuanya uang karena kita yakin program ini harus dilakukan dengan benar-benar memberikan makanan kepada anaknya,” ucap Tigor.

Ia menambahkan bahwa pengelolaan MBG bertumpu pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG. Unit ini tidak bisa berjalan tanpa peran kepala SPPG, ahli gizi, dan akuntan yang memastikan semua proses sesuai aturan.

Saat ini terdapat 15.363 SPPG yang tersebar di Indonesia dan melayani sekitar 45 juta penerima manfaat, mulai dari anak sekolah sampai ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Jumlah tersebut bahkan sudah melewati capaian program serupa di Brasil yang butuh lebih dari satu dekade untuk mencapai 40 juta penerima manfaat.

Tigor menyampaikan apresiasi atas kolaborasi berbagai instansi. “Ini tentu buah kerja sama dengan tim Bappenas, Kemenkes, BPOM, juga di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang sudah mau mendukung kita semua,” ujarnya.

Ia juga melihat bahwa MBG ikut mendorong ekonomi sirkular. Setiap SPPG bisa menyerap hasil pertanian, peternakan, dan perikanan dari wilayah sekitar untuk memenuhi kebutuhan hingga 3.000 penerima manfaat setiap hari.

“Setiap petani, peternak, dan nelayan di satu wilayah itu harus diberdayakan menjadi sumber bahan pangan untuk dijual ke SPPG, dari SPPG baru diedarkan ke ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, hingga anak-anak sekolah. Jadi, inilah strategi dan struktur tata kelola besarnya,” katanya.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka