Ahli: Hiking di dataran tinggi bisa picu hipertensi paru bagi orang berisiko

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Dokter spesialis jantung dari RS Universitas Indonesia, dr. Hary Sakti Muliawan, menjelaskan bahwa aktivitas hiking di daerah tinggi ternyata bisa memicu hipertensi paru pada orang yang sudah memiliki risiko tertentu.

“Ini agak unik sih, atlet atau orang-orang yang suka hiking, ke pegunungan itu saturasi oksigennya rendah dan itu kadang-kadang bisa mencetuskan hipertensi paru,” ujar dokter Hary dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan udara yang minim oksigen dapat meningkatkan tekanan pada paru sehingga jantung kanan harus bekerja lebih berat untuk memompa darah.

Meski begitu, kondisi ini tidak otomatis terjadi pada semua orang yang hobi mendaki. Risiko lebih besar dialami mereka dengan penyakit jantung bawaan, autoimun seperti lupus, gangguan paru seperti TBC atau asma, serta ibu hamil.

Pada pasien berisiko, gejala yang perlu diwaspadai meliputi sesak napas setelah aktivitas ringan, cepat lelah, dan bengkak setelah pendakian. Ia meminta siapa pun yang mengalami tanda tidak biasa untuk segera berkonsultasi ke dokter jantung atau paru agar mendapat pemeriksaan dan perawatan yang sesuai.

Menurut dokter Hary, pasien yang memiliki risiko juga perlu melalui pemeriksaan untuk mengetahui batas kemampuan fisiknya.

“Kita periksa dulu kapasitas fisiknya sebesar apa, biasanya kita ada hitungan yang kita turunkan dari kapasitas maksimal kita turunkan 80 persen sehingga dia bisa (olahraga),” ujarnya.

Ia menyarankan pasien berkonsultasi di fasilitas kesehatan yang memadai agar bisa mengetahui intensitas olahraga yang aman.

Sementara itu, bagi masyarakat yang hidup di dataran tinggi, tidak semuanya rentan mengalami hipertensi paru. Faktor genetik menjadi salah satu penentu seseorang lebih sensitif terhadap kondisi tersebut.

“Tapi lagi-lagi ini sifatnya genetik ya, jadi ada beberapa orang yang memang punya kerentanan terhadap genetik tersebut, maka tinggal di ketinggian itu hanya menjadi pencetus hipertensi paru. Tidak otomatis semua yang tinggal di ketinggian itu akan terjadi hipertensi paru, tidak juga,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa perokok aktif bisa mengalami hipertensi paru jika sudah ada gangguan berat pada paru yang kemudian berkembang menjadi kondisi tersebut.

Hipertensi paru sendiri merupakan gangguan ketika tekanan darah di arteri paru meningkat sehingga jantung sisi kanan harus bekerja lebih keras. Kondisi ini dapat menyebabkan penyumbatan, penyempitan, hingga kerusakan pembuluh darah paru yang pada akhirnya menimbulkan sesak napas, nyeri dada, cepat lelah, dan pusing.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka