Ankara (KABARIN) - Presiden Prancis Emmanuel Macron memastikan negaranya akan mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza usai menghadiri KTT Perdamaian Sharm el-Sheikh di Mesir.
Berbicara kepada media di bandara setelah KTT pada Senin (13/10), Macron menyambut baik gencatan senjata yang mulai berlaku antara Israel dan Hamas, serta pembebasan 20 sandera Israel yang masih hidup oleh kelompok Palestina tersebut.
“Semua sandera telah dibebaskan dan operasi bantuan di Gaza telah dimulai dengan intensitas yang lebih besar dari yang direncanakan,” kata Macron. Ia menambahkan, upaya kemanusiaan akan dipercepat mulai Selasa.
Macron menegaskan bahwa Prancis akan bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Israel untuk memastikan bantuan bisa sampai ke Gaza tanpa hambatan. “Kami akan memastikan pengiriman bantuan tanpa gangguan dan tanpa hambatan ke daerah kantong tersebut,” ujarnya.
Ia juga mengumumkan bahwa Prancis akan menjadi tuan rumah konferensi bantuan kemanusiaan untuk Gaza dalam beberapa pekan mendatang sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata. “Pada fase kedua, dana akan digunakan untuk segera memulai kembali stabilisasi dan rekonstruksi Gaza,” tambah Macron.
Terkait masa depan pemerintahan Gaza, Macron menyebut Dewan Keamanan PBB telah mencapai kesepakatan awal antara Otoritas Palestina dan sejumlah negara untuk menyusun resolusi yang mengatur masa transisi di wilayah tersebut. Ia juga mengatakan bahwa “pekerjaan teknis terkait pelucutan senjata Hamas akan segera dimulai.”
Rencana gencatan senjata yang sedang berjalan merupakan bagian dari kesepakatan yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 29 September lalu. Dalam tahap pertama, Israel dan Hamas sepakat melakukan gencatan senjata, membebaskan seluruh tawanan Israel dengan imbalan tahanan Palestina, serta menarik pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza.
Tahap kedua kesepakatan ini akan berfokus pada pembentukan pemerintahan baru di Gaza, pembentukan pasukan multinasional, dan pelucutan senjata Hamas.
Sebelumnya pada Senin, Israel mulai membebaskan warga Palestina yang dipenjara setelah Hamas menepati janjinya membebaskan seluruh 20 sandera Israel yang masih hidup.
Sejak serangan dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 67.800 warga Palestina telah tewas di Jalur Gaza, sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak, dan sebagian besar wilayah Gaza kini tidak lagi layak huni.
Sumber: Anadolu