Mengenal Saleh Aljafarawi, Jurnalis Palestina yang gugur di Gaza

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Kabar duka datang dari Gaza tak lama setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas diberlakukan. Seorang jurnalis muda Palestina, Saleh Aljafarawi, dilaporkan tewas pada Minggu (12/10) di lingkungan Al-Sabra, Gaza.

Saleh dikenal sebagai jurnalis yang berani memberitakan genosida yang menimpa rakyat Palestina. Lahir pada 22 November 1997 di Kota Gaza, ia masih berusia 28 tahun saat meninggal. Sosoknya multitalenta, sebelumnya aktif bernyanyi, mencipta lagu, berprestasi di tenis meja, dan merupakan penghafal Al Quran 600 halaman.

Sejak 2020, Saleh juga aktif di YouTube. Lewat kanalnya, ia membagikan lagu ciptaan sendiri, vlog keseharian, hingga video yang menampilkan keindahan Gaza. Namun kehidupan damainya berubah saat Israel menggempur Gaza dan melakukan genosida. Saleh memutuskan menjadi jurnalis independen untuk meliput setiap peristiwa di wilayah konflik.

Sejak serangan besar pertama pada Oktober 2023, ia turun ke lapangan meliput kondisi perang, situasi kemanusiaan, dan penderitaan warga Gaza yang kehilangan keluarga. Liputannya disebarkan lewat Instagram, TikTok, dan YouTube, dan menarik banyak pengikut karena gaya komunikasinya yang lugas dan empatik.

Narasi religius dan humanis Saleh membuat masyarakat dunia merasakan penderitaan warga Gaza. Ia sendiri hidup di tengah bahaya dan kelaparan, melaporkan kondisi tragis anak-anak korban serangan, dan berlari menghindari serangan udara. Keberaniannya membuat ia masuk daftar “red notice” oleh Israel. Pada 15 Februari 2024, Saleh sempat terluka akibat serangan drone saat meliput bantuan medis di Gaza Selatan.

“Sejujurnya, saya hidup dalam ketakutan setiap detiknya, terutama setelah mendengar apa yang dikatakan pendudukan Israel mengenai saya,” ujar Saleh kepada Al Jazeera pada Januari 2025. Meski terus mendapat ancaman, ia tetap menyuarakan kebenaran dan memperlihatkan penderitaan rakyat Gaza ke dunia.

Perjuangan Saleh berakhir pada 12 Oktober 2025. Ia tewas ditembak saat meliput bentrokan antara milisi bersenjata yang berafiliasi dengan Israel dan pejuang Hamas di kawasan Sabra. Saat ditemukan, Saleh masih mengenakan rompi bertuliskan “Press”. Kepergiannya menjadi duka mendalam bagi keluarga. Ayahnya menulis di Instagram, “Kamu bilang kepadaku bahwa kamu ingin menjadi seorang martir. Semoga Tuhan mengabulkan belas kasihan-Nya kepadamu.”

Data menunjukkan dalam dua tahun terakhir, 270 jurnalis telah gugur akibat serangan Israel di Palestina. Padahal jurnalis seharusnya dilindungi dalam situasi perang. Genosida Israel di Gaza menimbulkan kerusakan besar, mulai dari hancurnya permukiman, krisis pangan, hingga korban jiwa.

Di tengah kondisi yang porak poranda itu, Saleh Aljafarawi menjadi simbol keberanian dan dedikasi jurnalis yang berjuang menyampaikan kebenaran dari tanah yang dilanda perang.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka