Senat AS selidiki Meta terkait dugaan bahaya chatbot AI terhadap anak

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Senator Amerika Serikat Josh Hawley menyatakan akan menyelidiki apakah produk kecerdasan artifisial (AI) generatif Meta berpotensi mengeksploitasi, menipu, atau membahayakan anak-anak.

Pernyataan ini muncul setelah bocornya dokumen internal yang mengungkap chatbot Meta diizinkan melakukan percakapan romantis dan sensual dengan anak di bawah umur, sebagaimana dilansir dari Tech Crunch pada Senin.

Hawley, yang memimpin Subkomite Kejahatan dan Kontraterorisme Senat AS, mengatakan penyelidikan akan fokus pada potensi bahaya teknologi Meta terhadap anak-anak serta dugaan menyesatkan publik dan regulator terkait sistem pengamanan.

Reuters sebelumnya melaporkan isi dokumen berjudul “GenAI: Content Risk Standards” yang mencatat bahwa chatbot AI diizinkan melakukan percakapan romantis dengan anak berusia delapan tahun, misalnya dengan mengatakan: “Setiap inci dari dirimu adalah mahakarya, harta yang sangat aku hargai”.

Juru bicara Meta menegaskan contoh tersebut tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan dan kini telah dihapus. Namun, Hawley menilai tetap "tidak dapat diterima" kebijakan itu sempat diajukan. Dalam suratnya kepada CEO Meta Mark Zuckerberg, ia menyebut perusahaan hanya menarik kembali aturan tersebut setelah kasus ini terungkap.

“Kami bermaksud mengetahui siapa yang menyetujui kebijakan ini, berapa lama kebijakan tersebut berlaku, dan apa langkah yang dilakukan Meta untuk mencegah hal serupa terjadi,” kata Hawley.

Dalam surat itu, Hawley juga meminta Meta menyerahkan seluruh dokumen panduan, termasuk setiap draf, revisi, dan versi final; daftar produk yang mematuhi standar tersebut; laporan keselamatan dan insiden; serta identitas pihak yang bertanggung jawab atas perubahan kebijakan. Meta diberi waktu hingga 19 September 2025 untuk menanggapi permintaan tersebut.

Investigasi ini mendapat dukungan dari Senator Marsha Blackburn.

“Dalam melindungi anak-anak di ruang digital, Meta gagal total dalam segala hal. Lebih buruk lagi, perusahaan menutup mata terhadap konsekuensi fatal dari desain platformnya. Laporan ini kembali menegaskan mengapa kita perlu mengesahkan Kids Online Safety Act,” kata Marsha.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka