Jakarta (KABARIN) - Kesadaran generasi muda soal perubahan iklim makin meningkat. Hal ini terlihat dari hasil survei Climate Rangers terhadap 382 responden dari Generasi Z, yang menunjukkan banyak anak muda sudah memahami dampak perubahan iklim meski sebagian besar masih mengaitkannya dengan cuaca ekstrem.
“Dampak krisis iklim itu sangat kompleks, termasuk pada kesehatan fisik dan mental, ketahanan pangan, hingga kerusakan infrastruktur akibat bencana seperti banjir dan rob,” kata Campaign & Communication Staff Climate Rangers Febriani Nainggolan dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Riset tersebut mencatat bahwa 95,5 persen responden Gen Z memandang perubahan iklim sebatas fenomena cuaca ekstrem. Padahal, anak yang lahir pada tahun 2020 diprediksi akan menghadapi risiko krisis iklim yang jauh lebih berat dibandingkan generasi sebelumnya, seperti gelombang panas tujuh kali lebih sering, kekeringan tiga kali lebih parah, dan banjir besar dua kali lebih sering.
Selain itu, 62,4 persen responden merasa pelibatan generasi muda dalam kebijakan pemerintah masih sebatas formalitas tanpa makna.
Dari sisi lain, hasil riset lembaga Kawula17 terhadap 404 responden menyoroti dua isu besar yang paling disoroti publik, yaitu pengelolaan sampah yang dinilai belum efisien (33 persen) dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambang (32 persen).
Pendiri Kawula17, Dian Irawati, menyebut meningkatnya kepedulian ini dipicu oleh banyaknya pemberitaan dan kampanye lingkungan yang viral, seperti kasus kerusakan alam di Raja Ampat hingga isu perampasan hutan adat. “Tren ini menunjukkan, dalam dua tahun terakhir kesadaran publik semakin kuat terhadap pentingnya perlindungan ekosistem dan keadilan lingkungan di Indonesia,” ujar Dian.
Kawula17 juga melakukan survei lain terhadap 1.342 responden muda yang memperlihatkan lonjakan keterlibatan anak muda dalam gerakan sosial. Sebanyak 42 persen terlibat sebagai peserta dan 35 persen aktif sebagai aktivis dalam isu lingkungan, HAM, kesetaraan gender, dan antikorupsi.
Semakin jelas bahwa generasi muda kini bukan hanya tahu soal perubahan iklim, tapi juga mulai bergerak untuk menjaga bumi tetap layak dihuni.