Jakarta (KABARIN) - Upaya merawat ingatan kolektif bangsa terus dilakukan pemerintah, salah satunya melalui peluncuran buku monumental “Sejarah Indonesia: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global” yang resmi diperkenalkan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon di Jakarta, Minggu.
Buku sejarah ini bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan refleksi perjalanan panjang Indonesia sebagai bangsa yang tumbuh di tengah interaksi global. Menurut Fadli Zon, penulisan sejarah menjadi bagian penting dalam memperkuat identitas nasional dan memahami posisi Indonesia di kancah dunia.
“Pembuatan buku ini merupakan upaya negara merawat memori kolektif dan memperkuat jati diri bangsa melalui penulisan sejarah yang komprehensif dengan perspektif Nusantara,” ujar Fadli dalam sambutannya.
Disusun dalam 10 jilid, buku ini memetakan perjalanan Indonesia sejak akar peradaban Nusantara, pengaruh peradaban India, Tiongkok, Persia, dan Timur Tengah, hingga interaksi dengan dunia Barat. Narasi berlanjut ke masa kolonial, pergerakan kebangsaan, perjuangan kemerdekaan, konsolidasi negara, Orde Baru, reformasi, hingga dinamika demokrasi Indonesia sampai tahun 2024.
Fadli menegaskan, buku ini tidak dimaksudkan sebagai satu-satunya rujukan sejarah. Di negara demokratis, sejarah selalu terbuka untuk diskusi, kritik, dan pembaruan.
“Kalau sejarah kita ditulis lengkap, mungkin bisa seratus jilid. Buku ini adalah highlight perjalanan bangsa,” katanya sambil tersenyum.
Menariknya, buku sejarah ini bukan ditulis oleh pemerintah, melainkan oleh 123 sejarawan dari 34 perguruan tinggi di Indonesia. Proses penulisan difasilitasi Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Sejarah, yang kembali diaktifkan seiring berdirinya kementerian tersebut pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Ini ditulis oleh para ahlinya. Kalau sejarawan tidak menulis sejarah, lalu siapa yang akan merawat memori kolektif bangsa?” ujar Fadli.
Penulisan sejarah nasional sendiri merupakan amanat konstitusi, sebagaimana tertuang dalam Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, yang menegaskan peran negara dalam memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia.
Peluncuran buku ini juga menjadi bagian dari rangkaian menuju 80 tahun kemerdekaan Indonesia, sekaligus membuka ruang pembacaan sejarah dari sudut pandang Indonesia—lebih inklusif, kritis, dan relevan dengan perkembangan zaman.
“Buku ini diharapkan menjadi sarana untuk memahami Indonesia sebagai bangsa yang sejak dulu telah terhubung dengan dunia global,” tutup Fadli Zon.