Menurut psikolog, tekanan media sosial dapat pengaruhi kondisi emosi remaja

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Psikolog mengingatkan kalau fitur likes, komentar, dan repost di media sosial bisa bikin remaja ngerasa tertekan dan memengaruhi kondisi emosinya.

“Likes dianggap sebagai ukuran diterima atau tidaknya mereka, komentar menjadi bentuk penilaian sosial yang mereka anggap sangat penting, atau repost, share, dilihat sebagai bentuk pengakuan terhadap eksistensi mereka,” kata psikolog Vera Itabiliana saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.

Vera, lulusan Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa interaksi di media sosial sering dijadikan indikator penilaian keberadaan dan penerimaan sosial oleh remaja. Bahkan, fluktuasi jumlah likes bisa bikin suasana hati mereka berubah sepanjang hari. “Ada yang sampai menghapus unggahan jika interaksinya dianggap kurang bagus,” katanya.

Selain itu, media sosial juga menghadirkan tekanan psikologis seperti FOMO (Fear of Missing Out), perbandingan sosial, dan perundungan. Remaja bisa terdorong untuk membandingkan hidup mereka dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna di dunia maya. “Tekanan untuk tampil sempurna, termasuk body image, prestasi dan gaya hidup,” ujar Vera.

Ketakutan ketinggalan informasi dan tren membuat remaja merasa perlu terus online. Akibatnya, mereka menghabiskan banyak waktu menatap layar, yang bisa mengganggu tidur. Vera menambahkan, “Gangguan tidur akibat screen time berlebih berhubungan langsung dengan peningkatan risiko depresi dan kecemasan.”

Untuk meminimalkan dampak negatif, Vera menekankan pentingnya pendampingan agar remaja bisa memanfaatkan media sosial sebagai ruang berekspresi, belajar, dan membangun koneksi sosial positif. Literasi digital juga perlu ditingkatkan agar remaja paham bahwa nilai diri tidak ditentukan dari jumlah likes atau komentar.

“Dorong remaja untuk memiliki lingkar pertemanan yang suportif, batasi eksposur berlebihan, terutama pada jam-jam rawan seperti sebelum tidur,” kata Vera. Ia juga menambahkan, “Lakukan terapi atau konseling jika dampaknya sudah mempengaruhi fungsi harian mereka.”

Baca juga: Upaya yang bisa dilakukan untuk menekan dampak penggunaan medsos pada remaja

Baca juga: Fix! Anak di bawah 16 tahun dilarang main sosmed di Australia

Bagikan

Mungkin Kamu Suka