Jakarta (KABARIN) - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat di awal pekan ini. Menurut Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra, pelemahan ini terjadi karena pasar mulai menurunkan ekspektasi soal pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
“Sejak pengumuman kebijakan moneter The Fed yang terakhir, ekspektasi pemangkasan suku bunga AS selanjutnya menurun dari kisaran 94 persen ke kisaran 65 persen,” ujar Ariston di Jakarta.
Ia menjelaskan bahwa indeks dolar AS bahkan sempat menyentuh level 100, angka yang belum terlihat lagi sejak awal Agustus 2025. Kondisi ini menandakan dolar sedang berada di posisi yang kuat karena pelaku pasar ragu The Fed akan kembali menurunkan suku bunga tahun ini.
Selain faktor global, Ariston juga menyoroti kebijakan fiskal dan moneter Indonesia yang cenderung longgar sehingga memberi tekanan tambahan terhadap rupiah, meskipun neraca perdagangan nasional masih mencatat surplus.
Berdasarkan perhitungan, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.600 hingga Rp16.680 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi, rupiah melemah 39 poin atau sekitar 0,21 persen ke posisi Rp16.715 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.676.
Sebagai catatan, The Fed dalam rapat FOMC Oktober lalu memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 3,75–4 persen. Keputusan itu tidak bulat karena ada dua pandangan berbeda. Gubernur Stephen Miran ingin pemangkasan lebih besar, sementara Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid memilih mempertahankan suku bunga tetap sama.