Mengenal Rambu Solo, tradisi unik Toraja untuk mengantar arwah ke alam puya

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Bagi masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan, kematian bukan hanya peristiwa duka. Ada makna sakral dan penghormatan mendalam di baliknya yang diwujudkan lewat upacara adat bernama Rambu Solo. Tradisi ini dianggap sebagai cara terbaik untuk mengantar arwah menuju alam baka yang disebut “puya”.

Rambu Solo secara harfiah berarti sinar yang menurun ke bawah. Istilah ini menggambarkan waktu pelaksanaan upacara yang biasanya dilakukan saat matahari mulai terbenam. Dalam kepercayaan Toraja, matahari terbenam menjadi simbol akhir kehidupan di dunia dan awal perjalanan menuju alam roh.

Masyarakat Toraja percaya bahwa seseorang yang meninggal belum benar-benar berpulang sebelum upacara Rambu Solo selesai dilakukan. Karena itu, selama menunggu prosesi ini, keluarga tetap memperlakukan jenazah seperti masih hidup dengan menyediakan makanan, minuman, dan tempat tidur. Tak heran bila upacara ini memerlukan tenaga, waktu, dan biaya besar.

Rangkaian upacara Rambu Solo

Rambu Solo dikenal sebagai salah satu upacara adat paling megah di Indonesia. Banyak keluarga menunda pelaksanaannya berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun demi bisa mengumpulkan biaya yang cukup.

Dalam tradisi ini, penyembelihan kerbau dan babi jadi bagian penting. Hewan-hewan tersebut bukan hanya simbol penghormatan, tapi juga diyakini membantu arwah menempuh perjalanan ke alam baka. Semakin banyak hewan yang dikorbankan, semakin cepat pula arwah mencapai “puya”.

Hewan korban ini terbagi menjadi dua jenis. Pertama, Pa’uaimata sebagai bentuk belasungkawa. Kedua, Tangkean Suru’ yang diberikan sebagai balasan atas bantuan pada upacara sebelumnya.

Upacara Rambu Solo biasanya berlangsung selama tiga hingga tujuh hari dan mencapai puncaknya antara bulan Juli sampai Agustus. Ada dua rangkaian utama dalam pelaksanaannya, yaitu prosesi pemakaman (Rante) dan pertunjukan kesenian.

Jenis-jenis upacara Rambu Solo

Pelaksanaan upacara ini berbeda-beda tergantung pada status sosial almarhum. Berikut beberapa jenisnya.

1. Upacara Rampasan dilakukan untuk bangsawan tertinggi (Tana’ Bulaan). Prosesi ini sangat besar dengan penyembelihan sembilan hingga ratusan kerbau dan babi serta berlangsung berhari-hari.

2. Upacara Dibatang atau Digoya Tedong untuk bangsawan menengah (Tana’ Nassi) atau bangsawan tinggi yang tidak mampu. Dalam upacara ini, satu ekor kerbau disembelih setiap hari.

3. Upacara Dipasangbongi ditujukan bagi rakyat biasa (Tana’ Karurung) dan biasanya hanya dilakukan satu malam.

4. Upacara Dasili’ khusus untuk kasta terendah atau bayi yang belum tumbuh gigi.

Semua prosesi dilakukan di lapangan luas di tengah kompleks rumah adat Tongkonan yang melambangkan kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur.

Tahapan prosesi Rambu Solo

Berikut beberapa tahapan utama yang biasa dilakukan dalam upacara Rambu Solo.

1. Ma’tuda Mebalun yaitu membungkus jenazah dengan kain kafan.
2. Ma’Rato menghias peti jenazah menggunakan benang emas dan perak.
3. Ma’Papengkalo Alang menurunkan jenazah ke dalam lumbung untuk disemayamkan.
4. Ma’Palao atau Ma’Pasonglo mengantar jenazah ke tempat pemakaman (Lakkian). Semakin tinggi tempat jenazah disimpan, semakin cepat arwah mencapai alam baka.
5. Ma’Badong tarian dan nyanyian adat sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan duka.
6. Tedong Solok pemotongan kerbau sebagai simbol bekal arwah menuju alam roh.

Walaupun tiap komunitas Toraja punya tata cara berbeda, makna upacara ini tetap sama yaitu bentuk penghormatan terakhir yang penuh doa dan nilai spiritual.

Makna dan nilai budaya Rambu Solo

Rambu Solo bukan sekadar upacara adat, tetapi juga simbol solidaritas, penghormatan, dan spiritualitas masyarakat Toraja. Tradisi ini sudah diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.

Selain menjaga nilai leluhur, upacara ini juga punya dampak positif bagi pariwisata. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara datang ke Toraja untuk menyaksikan prosesi Rambu Solo secara langsung. Kehadiran mereka ikut menggerakkan perekonomian masyarakat, mulai dari penginapan, transportasi, hingga kuliner dan suvenir khas daerah.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka