Reza Rahadian sebut debut Keadilan: The Verdict di festival bergengsi

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Kolaborasi antara sineas Indonesia dan Korea Selatan melahirkan film ketegangan psikologis berjudul "Keadilan: The Verdict" yang debut di Fantasia Film Festival, sebuah festival film internasional bergengsi di Kanada.

Para aktor yang terlibat dalam film itu, termasuk Reza Rahadian, mengungkapkan pengalaman mereka disutradarai oleh dua nama beken dari industri perfilman masing-masing negara, Lee Chang-hee (The Vanished) dan Yusron Fuadi (Setan Alas!).

Dalam konferensi pers di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu, Reza mengakui bahwa kolaborasi itu awalnya memiliki tantangan, terutama dalam hal bahasa dan adaptasi dengan sistem kerja yang berbeda.

Meskipun kendala bahasa sempat menjadi tantangan di awal, efektivitas dan kedisiplinan kru asal Korea Selatan itu memberikan contoh yang baik kepada Reza dalam hal menjadi sutradara.

"Saya belajar bagaimana mereka bekerja dengan sangat akur dan praktis dalam 'blocking' benar-benar 'on set' langsung bisa dimulai, tidak mengangkat alat-alat lagi," ujar Reza.

Menurut Reza, pembuatan film itu pun memiliki pembagian tugas yang jelas di antara kedua sutradara yang berkolaborasi.

Yusron Fuadi fokus pada pendalaman emosi dan akting para pemain, sementara Lee Chang-hee bertanggung jawab atas aspek teknis seperti blocking dan visualisasi kamera.

"Ini kolaborasi yang enak banget," kata Reza.

"Keadilan: The Verdict" merupakan film yang mengangkat isu tentang kesenjangan kelas di mata hukum.

Film itu berfokus pada karakter Raka, seorang petugas keamanan pengadilan yang diperankan oleh Rio Dewanto.

Raka melihat bagaimana kaum kaya sering kali kebal hukum, sebuah kenyataan pahit yang semakin terasa ketika istrinya yang sedang hamil dibunuh oleh seorang pria berduit.

Ketika persidangan berubah menjadi sandiwara, Raka memutuskan untuk mengambil alih keadilan.

"The Verdict" tidak hanya menjanjikan ketegangan sebagai film ketegangan, tetapi juga mendorong penonton untuk merenung tentang keadilan dan balas dendam.

Dengan naskah yang solid, penyuntingan yang cepat, dan musik yang mengingatkan pada karya Hans Zimmer, film itu disebut berhasil "menghantam" isu sosial dengan cara yang memuaskan, menurut Variety.

Setelah tayang perdana secara global di Montreal, Kanada, film itu dijadwalkan akan dirilis di bioskop Indonesia pada 20 November.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka