Perubahan cuaca bikin demam berdarah jadi lebih parah di Bangladesh

waktu baca 2 menit

Dhaka, Bangladesh (KABARIN) - Lonjakan kasus demam berdarah di Bangladesh kembali jadi sorotan setelah delapan kematian dilaporkan pada Minggu. Angka tersebut membuat total kematian sepanjang November naik menjadi 86, sehingga menjadi bulan dengan korban terbanyak sepanjang 2025.

Secara keseluruhan, Bangladesh mencatat 364 kematian akibat demam berdarah sejak awal tahun, dengan total kasus menembus 90.264. Sebanyak 778 pasien baru dirawat dalam sehari, sementara 87.442 pasien sudah pulih dan kembali ke rumah, menurut data Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DGHS).

Wabah kali ini tidak hanya terpusat di ibu kota Dhaka, tetapi juga menyebar ke berbagai wilayah lain, seperti Chattogram di tenggara, Barisal di selatan-tengah, dan Mymensingh di utara-tengah.

Menurut Kabirul Bashar, profesor sekaligus ahli entomologi dari Universitas Jahangirnagar, perubahan iklim memegang peran besar dalam kenaikan kasus ini. Ia menyebut kombinasi perubahan iklim, buruknya manajemen pengendalian nyamuk, serta urbanisasi yang tidak terencana sebagai faktor utama melonjaknya infeksi.

Biasanya, musim dingin di Bangladesh berlangsung Desember–Februari, dengan suhu mulai turun pada November. Musim hujan pun umumnya berakhir pada akhir September. Namun tahun ini, pola cuaca berubah drastis: hujan deras masih mengguyur hingga akhir Oktober, menurut data Departemen Meteorologi Bangladesh.

“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, November menjadi bulan yang sangat mematikan. (Peningkatan kasus demam berdarah) ini disebabkan oleh durasi hujan. Curah hujan yang berkepanjangan dan tertunda, bahkan hujan di akhir Oktober tahun ini, telah menyebabkan peningkatan jumlah infeksi dan kematian,” kata Bashar.

Ia menjelaskan, curah hujan yang muncul lebih lambat memicu kondisi ideal bagi nyamuk Aedes untuk berkembang biak. Suhu di Bangladesh juga tetap berada pada rentang yang mendukung penyebaran virus.

Bashar memperkirakan situasi wabah tahun ini tidak akan pulih dalam waktu dekat. “Situasi demam berdarah tahun ini tidak akan mengalami perbaikan besar atau pemulihan secara signifikan. Penurunan kasus baru yang berarti kemungkinan baru terlihat mulai Januari tahun depan,” ujarnya.

Nyamuk pembawa dengue hidup dan berkembang biak optimal pada suhu 20–30 derajat Celsius, kondisi yang hampir selalu terjadi di Bangladesh sepanjang tahun. Bahkan ketika musim dingin tiba, suhu masih tetap mendekati 20 derajat Celsius, membuat wabah sulit diredam.

Sebagai perbandingan, pada 2023 Bangladesh mencatat rekor 1.705 kematian dari 321.179 kasus demam berdarah, menjadikannya wabah paling mematikan dalam sejarah negara tersebut.

Sumber: Anadolu

Bagikan

Mungkin Kamu Suka