Pembatasan kalori ternyata bisa bantu menjaga berat badan tetap sehat

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Sebuah penelitian dari ilmuwan Tiongkok menemukan bahwa diet dengan pembatasan kalori bukan hanya membantu menurunkan berat badan, tetapi juga memicu perubahan pada otak dan usus yang mendukung pola makan lebih terkontrol. Temuan ini dipublikasikan lewat laporan Science Alert, Senin.

Studi tersebut melibatkan 25 relawan dengan obesitas yang menjalani program pembatasan energi intermiten (IER) selama 62 hari. Program ini mengatur asupan kalori secara ketat dan menyertakan periode puasa relatif di beberapa hari.

Hasilnya cukup signifikan. Para peserta rata-rata kehilangan 7,6 kilogram atau sekitar 7,8 persen dari berat tubuh awal mereka. Selain itu, para peneliti juga menemukan adanya pergeseran aktivitas pada area otak yang terkait dengan obesitas, serta perubahan komposisi bakteri usus.

“Di sini kami menunjukkan bahwa diet IER mengubah sumbu otak-usus-mikrobioma manusia,” kata peneliti kesehatan Qiang Zeng dari Second Medical Center dan National Clinical Research Center for Geriatric Diseases di Tiongkok.

Perubahan pada mikrobioma usus dan aktivitas otak, terutama pada area yang terkait kecanduan terlihat sangat dinamis dan saling memengaruhi selama proses penurunan berat badan. Mikrobioma usus diketahui menghasilkan neurotransmiter dan neurotoksin yang dapat mencapai otak melalui saraf dan aliran darah. Sebaliknya, otak memengaruhi perilaku makan, sementara nutrisi dari makanan ikut menentukan komposisi mikrobioma.

Pemindaian fMRI menunjukkan perubahan aktivitas otak pada wilayah yang berperan dalam pengaturan nafsu makan dan kecanduan, seperti girus orbital frontal inferior. Analisis sampel tinja dan darah juga mengungkap bahwa perubahan mikrobioma memiliki keterkaitan dengan area otak tertentu.

“Mikrobioma usus diperkirakan berkomunikasi dengan otak dalam cara dua arah yang kompleks," kata ilmuwan medis Xiaoning Wang dari Pusat Klinik Negara untuk Geriatri di Tiongkok.

Peneliti menyebut pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan otak-usus ini bisa menjadi kunci untuk mencegah dan mengatasi obesitas secara lebih efektif di masa depan.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka