Kenali tanda gusi meradang yang sering dianggap sepele

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Masalah pada gusi sering luput dari perhatian padahal gusi yang meradang bisa jadi pintu masuk kuman dan bakteri yang memicu infeksi bahkan penyakit tidak menular di seluruh tubuh.

Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D., Guru Besar Ilmu Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, menyebut salah satu tanda peradangan gusi yang sering diabaikan adalah munculnya darah saat menyikat gigi.

“Pada saat abis sikat gigi kan kita buang ludah atau pasta giginya, itu kelihatan ada darah. Pada saat sikat gigi berdarah itu salah satu tanda bahwa gusi mengalami peradangan atau perdarahan, itu salah satu tanda. Jadi dari situ saja sudah bisa kita sadari, tapi kadang-kadang kita menganggap remeh,” kata Amaliya dalam diskusi soal kesehatan gusi di Jakarta, Rabu.

Jika dibiarkan, kerusakan gusi bisa merembet ke tulang penyangga gigi sehingga gigi menjadi longgar dan akhirnya lepas. Masalah ini bisa mengganggu aktivitas makan, menurunkan produktivitas karena harus sering berobat, dan meningkatkan risiko munculnya penyakit metabolik lainnya.

Amaliya menambahkan masyarakat masih minim edukasi soal tanda-tanda penyakit gusi, seperti gusi memerah, mudah berdarah, berbau, lebih lunak, membengkak, atau terasa gatal. Kebiasaan merokok juga bisa memperburuk kondisi karena menyempitkan aliran darah ke gusi sehingga gigi menjadi gelap, gusi pucat, dan luka sulit sembuh.

“Karena dengan merokok aliran darah gusi itu menjadi menyempit, giginya jadi hitam-hitam, gusinya menjadi pucat, enggak ada darahnya. Sehingga nutrisi ke jaringan pendukung giginya berkurang. Mungkin kalau dicabut itu enggak ada darahnya, padahal itu nanti jadi kering, lukanya kering dan tidak mengalami penyembuhan yang benar,” jelasnya.

Prof. Amaliya juga menyebut 90 persen masyarakat Indonesia tidak memeriksakan gigi setahun terakhir dan hanya 6,2 persen yang tahu waktu menyikat gigi yang tepat, yakni setelah sarapan dan sebelum tidur.

Pemeriksaan gigi rutin enam bulan atau setahun dua kali dapat membantu mencegah peradangan gusi dan risiko penyakit metabolik akibat kerusakan pembuluh darah di gusi.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka