Kapal Terbalik di Pangkep, Misi Kemanusiaan Berujung Duka: 3 Penumpang KM Fitri Jaya Tewas

waktu baca 2 menit

Makassar (KABARIN) - Perjalanan kemanusiaan yang seharusnya membawa harapan justru berakhir duka. Kapal motor (KM) Fitri Jaya dilaporkan terbalik dan tenggelam di Perairan Pulau Podang-Podang, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, pada Sabtu siang.

Kecelakaan laut tersebut merenggut nyawa tiga penumpang, sementara delapan lainnya berhasil diselamatkan. Kapal kayu itu diketahui mengangkut 11 orang yang terdiri dari tenaga kesehatan, pejabat setempat, serta kru kapal, dalam misi mengantarkan bantuan sosial ke Pulau Sarappo.

Menurut keterangan Kepala Seksi Siaga Operasi Kantor Basarnas Makassar, Andi Sultan, insiden terjadi sekitar pukul 11.00 WITA. Kapal berangkat dari Sungai Pangkajene pukul 08.40 WITA dengan membawa muatan bantuan berupa puluhan sak semen dan fasilitas jamban untuk masyarakat pulau.

Namun, cuaca buruk mengubah segalanya. Hujan lebat disertai angin kencang dan ombak tinggi menghantam kapal saat berada di tengah laut. Kondisi tersebut membuat kapal oleng hingga akhirnya terbalik. Nahkoda tidak mampu mengendalikan kapal akibat terpaan gelombang yang semakin kuat.

Warga setempat dari Pulau Sarappo Lompo bergerak cepat begitu mengetahui kejadian itu. Dengan menggunakan perahu tradisional jolloro, mereka mengevakuasi para korban yang terombang-ambing di laut, baik yang selamat maupun yang telah meninggal dunia.

Tiga korban jiwa dalam peristiwa ini adalah Imran selaku Koordinator LKC Dompet Dhuafa, Camat Liukang Tupabbiring Muhammad Fitri Mubarak, serta Bidan Pulau Sarappo bernama Darma. Sementara delapan penumpang lainnya berhasil selamat dan telah dievakuasi ke Pangkajene sebelum dirujuk ke Makassar.

Bupati Pangkep, Yusran Lalogau, menyampaikan duka cita mendalam atas tragedi tersebut. Ia mengenang para korban sebagai sosok yang tengah menjalankan tugas mulia demi membantu masyarakat kepulauan.

Tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan terhadap kondisi cuaca ekstrem, terutama bagi aktivitas transportasi laut. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan terkait gelombang tinggi di perairan Sulawesi Selatan, termasuk imbauan penundaan pelayaran.

Di balik angka dan laporan, peristiwa ini menyisakan luka mendalam—sebuah misi kemanusiaan yang berakhir dengan kehilangan, namun juga memperlihatkan solidaritas dan kepedulian warga pesisir yang sigap menolong sesama.

Sumber: ANTARA

Bagikan

Mungkin Kamu Suka