Jakarta (KABARIN) - Indonesia dan Tiongkok makin serius memperkuat kerja sama di sektor industri halal. Salah satunya ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pusat Industri Halal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI dengan Food and Drug Corporation Quality and Safety Promotion Association (FDSA) China pada akhir pekan lalu.
Lewat kerja sama ini, kedua pihak sepakat untuk berkolaborasi di berbagai bidang, mulai dari pengembangan industri halal, investasi, peningkatan kapasitas SDM, riset dan inovasi bersama, hingga promosi serta fasilitasi untuk pelaku industri halal.
Kolaborasi ini nggak cuma di atas kertas, tapi juga diarahkan ke proyek nyata. Rencananya akan ada program pelatihan, studi bareng, pengembangan teknologi, sampai kerja sama bisnis antara pelaku industri halal dari Indonesia dan Tiongkok.
"Kolaborasi antara Indonesia dan China ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat peran industri halal Indonesia di pasar global," ujar Kepala Pusat Industri Halal, Kris Sasono Ngudi Wibowo, dalam keterangan resminya.
Kemenperin menilai pasar halal dunia punya potensi gede banget. Tahun 2023, nilai ekonomi dari enam sektor utama ekonomi syariah tercatat mencapai 2,3 triliun dolar AS (sekitar Rp38.400 triliun), dan diprediksi bakal naik jadi 3,3 triliun dolar AS pada 2028.
Lewat kerja sama ini, Indonesia juga berharap bisa membuka jalan bagi produk halal lokal masuk ke pasar Tiongkok, yang punya jumlah konsumen muslim cukup besar.
Sebagai catatan, FDSA adalah asosiasi di Tiongkok yang fokus pada pengawasan kualitas dan manajemen keamanan di bidang pangan, farmasi, kosmetik, alat kesehatan, hingga produk-produk terkait lainnya.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI juga mengungkapkan ada sejumlah perusahaan kosmetik dan farmasi asal Tiongkok yang berminat investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sidoarjo, Jawa Timur. KEK ini bahkan diproyeksikan bakal jadi kawasan halal pertama di Indonesia.
Baca juga: Indonesia dan UEA setuju buat kerja sama pada sektor seni dan budaya