Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global
Jakarta (KABARIN) - Pertamina Patra Niaga memastikan penggunaan etanol dalam bahan bakar merupakan hal yang lumrah. Praktik ini bahkan sudah banyak diterapkan di berbagai negara sebagai bagian dari pengembangan energi modern.
Tujuan utama pencampuran etanol adalah untuk menekan emisi karbon. Langkah ini diharapkan mampu membuat udara lebih bersih sekaligus mendukung transisi energi menuju sumber yang lebih ramah lingkungan.
“Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global,” kata Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun di Jakarta, Jumat.
Roberth menjelaskan, etanol biasanya dibuat dari tumbuhan kayak tebu atau jagung, jadi lebih eco-friendly dibanding bahan bakar fosil murni. Kalau dicampur ke BBM, emisi gas buang kendaraan bisa ditekan dan kualitas udara otomatis jadi lebih oke.
Contohnya, Amerika Serikat sudah lama pakai etanol dengan standar E10 sampai E85 lewat program Renewable Fuel Standard. Brasil malah lebih jauh lagi dengan campuran E27 berbasis tebu, sampai bikin negara itu dikenal sebagai raksasa kendaraan berbahan bakar etanol.
Eropa juga nggak ketinggalan lewat kebijakan RED II yang mendorong penggunaan campuran etanol di banyak negara seperti Jerman, Inggris, dan Prancis. Sementara di Asia, India lagi ngegas dengan target E20 di tahun 2030.
Pertamina pun menegaskan bakal terus ikut dorong kebijakan pemerintah untuk nurunin emisi karbon sesuai target Net Zero Emission 2060. Menurut Roberth, hadirnya BBM campuran etanol jadi bukti kalau Indonesia siap ngejalanin praktik terbaik internasional demi masa depan energi yang lebih hijau.
Pernyataan ini muncul setelah Vivo Energy Indonesia batal beli base fuel dari Pertamina. Hasil uji lab nemuin ada kandungan etanol sekitar 3,5 persen, padahal sebelumnya Vivo udah sepakat beli 40 ribu barel dari total 100 ribu barel yang diimpor Pertamina.