Mengenal Bjorka, peretas misterius pembobol data jutaan warga Indonesia

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Nama Bjorka sudah melekat kuat di dunia maya Indonesia sebagai sosok hacker anonim yang memicu gelombang heboh sejak 2020. Dengan sederet aksi peretasan yang menyasar sistem pemerintahan dan perusahaan besar, Bjorka berhasil mencuri perhatian publik hingga membuat pemerintah waspada.

Aksi hebatnya yang paling dikenal adalah pembobolan data pribadi jutaan warga, termasuk informasi penting milik Presiden Joko Widodo dan putranya, Gibran Rakabuming Raka.

Bjorka dikenal aktif di berbagai forum internet gelap, kerap membocorkan data-data sensitif yang diklaim berasal dari server resmi institusi besar. Momen yang membuat namanya mencuat adalah ketika ia merilis data pribadi pejabat tinggi negara, melanjutkan dengan kebocoran data vaksinasi dan identitas warga biasa.

Salah satu peretasan paling kontroversial adalah kebocoran data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lebih dari 6 juta wajib pajak, yang mengundang kekhawatiran soal keamanan data nasional.

Jejak Bjorka sebagai hacker bukan hal baru. Ia sudah berkecimpung di dunia dark web sejak 2020, ketika pertama kali memperjualbelikan data pelanggan Tokopedia yang mencakup user ID, password hash, email, dan nomor telepon. Sejak itu, namanya semakin dikenal sebagai peretas yang lihai mengeksploitasi celah keamanan sistem untuk mencuri data dalam jumlah besar.

Kasus terbaru yang menghebohkan adalah klaim Bjorka berhasil menguasai 890 ribu akses data nasabah dan 4,9 juta database bank besar, walaupun klaim ini sempat dibantah oleh pihak bank. Di tengah kontroversi itu, polisi berhasil menangkap seorang pria muda berinisial WFT di Minahasa, Sulawesi Utara, yang diduga kuat merupakan sosok di balik akun Bjorka.

Meski belum bisa dipastikan secara definitif, WFT dikenal berganti-ganti identitas akun, mulai dari Bjorka, SkyWave, ShinyHunter, hingga Opposite6890, guna mengelabui aparat.

Cara Bjorka beroperasi adalah dengan memanfaatkan celah keamanan di aplikasi dan sistem server lembaga besar yang lemah. Ia menggunakan teknik eksploitasi bug dan pencurian kualifikasi untuk mendapatkan akses data. Keberhasilannya mengungkap lemahnya perlindungan data di Indonesia menjadi sorotan, karena walau banyak kebocoran terjadi, belum ada upaya maksimal dalam penguatan keamanan siber.

Bjorka bukan hanya sosok yang menimbulkan kekhawatiran, tapi juga cermin pentingnya keamanan digital di era informasi ini. Kisahnya mengingatkan kita agar semakin waspada dan mendorong perbaikan sistem demi melindungi data pribadi bangsa Indonesia.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka