Benarkah supermoon bisa sebabkan banjir rob? Ini faktanya

waktu baca 4 menit

Jakarta (KABARIN) - Pada awal Oktober 2025 ini, langit kerap memperlihatkan Bulan tampak lebih besar dan terang dari biasanya. Fenomena tersebut, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), merupakan peristiwa supermoon atau purnama perigee, yaitu ketika Bulan berada di posisi terdekatnya dengan Bumi.

Di balik keindahan, supermoon ternyata dapat berpotensi menimbulkan bencana alam banjir rob di wilayah pesisir.

BPBD DKI Jakarta dan BMKG Nusa Tenggara Barat (NTB) pun mengeluarkan peringatan dini kepada masyarakat pesisir untuk mewaspadai potensi banjir Rob akibat supermoon.

Kepala BMKG NTB, Topan Primadi menyampaikan bahwa peringatan dini tersebut berlaku pada periode 6-14 Oktober 2025. Ia menjelaskan, potensi banjir Rob dapat terjadi di seluruh kawasan pesisir Pulau Lombok dan Sumbawa, termasuk Ampenan, Gerung, Sekarbela, Lembar, Labuhan Lombok, Hu’u, Palibelo, Sape, dan Asakota.

Sementara, BPBD DKI Jakarta memberikan waspada banjir rob terhadap kawasan pesisir Jakarta Utara pada periode 8-15 Oktober 2025. Wilayah tersebut termasuk Kamal Muara, Kapuk Muara, Penjaringan, Pluit, Ancol, Kamal, Marunda, Cilincing, Kalibaru, Muara Angke, Tanjung Priok, dan Kepulauan Seribu.

Lantas, mengapa fenomena supermoon atau purnama perigee bisa menyebabkan terjadinya banjir rob? Berikut penjelasannya.

Alasan supermoon menyebabkan banjir rob

Melalui unggahan di Instagram resminya, BMKG menjelaskan bahwa supermoon atau purnama perigee terjadi saat Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi (Perigee) bertepatan dengan fase Bulan Purnama. Kondisi ini membuat Bulan tampak lebih besar dan terang dibanding biasanya.

Sementara secara ilmiah, pasang surut air laut disebabkan oleh tarikan gravitasi Bulan dan Matahari terhadap Bumi. Tarikan gravitasi ini mempengaruhi naik turunnya permukaan air laut, membentuk gelombang pasang ketika air naik, dan gelombang surut ketika air turun.

Bulan mengelilingi Bumi setiap bulan, sementara Bumi mengelilingi Matahari setiap tahun. Pada waktu tertentu, posisi Bulan dan Matahari berada lebih dekat ke Bumi sehingga tarikan gravitasinya meningkat lebih kuat. Akibatnya, pasang air laut menjadi lebih tinggi dan berpotensi menimbulkan banjir rob di wilayah pesisir.

Wilayah pesisir yang memiliki elevasi rendah dan dekat dengan laut, sangat rentan terhadap dampak banjir Rob selama periode supermoon. Misalnya, di daerah pesisir Bandar Lampung, Banten, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, dan Pontianak. Selain itu, daerah pesisir lain di Indonesia yang rawan yakni Jakarta Utara, NTT, dan NTB.

Tarikan gravitasi Bulan terhadap Bumi juga lebih besar dibandingkan tarikan Matahari karena jaraknya yang lebih dekat. Oleh sebab itu, fenomena purnama perigee atau supermoon memberikan pengaruh terhadap tinggi pasang air laut.

Fenomena purnama perigee atau supermoon

Setiap sekitar 28 hari, Bulan mencapai titik Perigee, yakni posisi terdekatnya dengan Bumi. Pada kondisi ini, gaya tarik Bulan menjadi lebih kuat sehingga permukaan air laut mengalami peningkatan.

Sebaliknya, 14 hari setelah Perigee, Bulan mencapai titik Apoge atau jarak terjauhnya dari Bumi, sehingga pasang surut air laut cenderung menurun.

BMKG mencatat, fenomena Purnama Perigee biasanya terjadi 6-8 kali dalam setahun. Meskipun tidak selalu memicu banjir rob secara langsung, sejumlah faktor tambahan dapat memperbesar risikonya, seperti perubahan musiman pada pasang surut dan permukaan air laut rata-rata, dataran rendah, penurunan muka tanah, kerusakan tanggul, serta angin kencang di wilayah pesisir.

Fase Bulan Purnama kali ini terjadi pada Selasa (7/10) pukul 17.55 WIB dengan jarak 361.458 km dari Bumi. Sementara itu, posisi Perigee terjadi pada Rabu (8/10) pukul 19.35 WIB dengan jarak 359.819 km.

Ukuran Bulan pada Purnama Perigee yang terjadi 4 Oktober 2025 terlihat 12 kali lebih besar dibandingkan saat Purnama Apoge yang terjadi pada 13 April 2025. Fenomena ini memungkinkan terjadi air pasang lebih tinggi dan air surut lebih rendah dari biasanya.

Supermoon bukan fenomena yang terjadi rutin setiap bulan, tetapi biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun, sesuai dengan posisi bulan dalam orbitnya yang tidak selalu sejajar dengan fase purnama

Dilansir dari laporan Earth Sky, fenomena Supermoon masih bisa disaksikan dua kali lagi pada tahun ini, yaitu pada 5 November 2025 dengan jarak 356.980 km, dan pada 4 Desember 2025 dengan jarak 357.219 km dari Bumi. Sementara di tahun 2026, diprediksi akan terjadi pada 03 Januari dengan jarak 362.312 kilometer.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka