Government shutdown berkepanjangan Amerika Serikat picu pelemahan Rupiah

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Nilai tukar rupiah kembali melemah di akhir pekan ini. Menurut analis mata uang dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, pelemahan tersebut dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi penutupan pemerintahan (government shutdown) di Amerika Serikat (AS) yang makin berlarut-larut.

“Penutupan pemerintah AS masih berlangsung hingga hari kesembilan dan Risalah Rapat Federal Reserve (Fed) terbaru menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan sepakat untuk mendukung pasar tenaga kerja yang (sedang) melemah,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Pada penutupan perdagangan Jumat sore, rupiah tercatat melemah 2 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.570 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.568 per dolar AS. Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga ikut turun ke level Rp16.585 per dolar AS, dibandingkan posisi sehari sebelumnya di Rp16.534 per dolar AS.

Ibrahim menjelaskan, berdasarkan risalah Federal Open Market Committee (FOMC), sebagian besar pejabat The Fed memang mendukung adanya pemangkasan suku bunga di akhir tahun 2025. Namun, beberapa anggota masih berhati-hati agar tidak bertindak terlalu cepat, mengingat tekanan inflasi di AS masih terasa.

Selain itu, shutdown yang berkepanjangan juga membuat publikasi sejumlah data ekonomi penting terganggu, termasuk Nonfarm Payrolls (NFP) yang seharusnya dirilis pada 3 Oktober lalu.

“Kurangnya visibilitas terhadap kondisi ekonomi AS mempersulit prospek kebijakan Federal Reserve dan memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga yang akan segera terjadi,” kata Ibrahim.

Menurut data CME FedWatch, peluang The Fed menurunkan suku bunga pada Oktober mendatang hampir 100 persen, dan kemungkinan besar akan ada pemangkasan lanjutan pada pertemuan Desember.

Ekspektasi pemangkasan bunga itu membuat imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun dan tekanan terhadap dolar AS meningkat, yang pada akhirnya berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah di pasar keuangan domestik.

Singkatnya, selama drama “shutdown” di Washington belum berakhir, pasar keuangan global masih akan bergerak hati-hati.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka