Jakarta (KABARIN) - Cuaca Jakarta makin gerah belakangan ini, dan ternyata kondisi itu bisa berdampak serius bagi kesehatan. Karena itu, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018–2020, Prof. Tjandra Yoga Aditama, menilai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta perlu turun tangan memberikan penyuluhan kepada masyarakat soal bahaya cuaca panas ekstrem.
“Selain oleh Dinas Kesehatan Jakarta, maka penyuluhan juga dapat dilakukan oleh seluruh aparat pemerintah kota di semua tingkatan sampai Kelurahan dan RT RW juga,” kata Prof. Tjandra, yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Kehormatan Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, ada beberapa masalah kesehatan yang bisa muncul akibat suhu panas ekstrem, seperti sengatan panas (heatstroke), dehidrasi, keracunan makanan (karena bakteri lebih cepat berkembang), dan kelelahan akibat panas.
Ia juga mengingatkan warga agar sebisa mungkin berlindung dari sinar matahari langsung, terutama saat tengah hari. “Wajib sekali banyak minum, baik kalau bisa lebih dari delapan gelas sehari,” ujarnya.
Selain itu, masyarakat diimbau tidak menambah panas di sekitar mereka. Misalnya, hindari penggunaan mesin atau pembakaran sampah di ruang tertutup, karena bisa memicu keracunan gas. Kalau tubuh mulai terasa pusing, lemah, atau tidak enak badan, Prof. Tjandra menyarankan untuk segera istirahat, dan bila keluhan berlanjut, langsung periksa ke petugas kesehatan.
“Tentu yang lebih perlu waspada lagi adalah mereka dengan daya tahan tubuh rendah, para lansia dan mereka dengan gangguan imunitas,” tambahnya.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa suhu panas yang sedang melanda sebagian besar wilayah Indonesia terjadi karena posisi gerak semu matahari yang kini berada di selatan ekuator. BMKG mencatat suhu maksimum bisa mencapai 36,7 derajat Celcius, dan fenomena ini diperkirakan berlangsung hingga November 2025.
Meski begitu, Pemprov DKI menegaskan bahwa kondisi cuaca di Jakarta masih tergolong normal dan belum mengkhawatirkan. Namun, menurut Prof. Tjandra, langkah antisipatif berupa edukasi dan penyuluhan tetap penting agar warga bisa tetap sehat dan aman di tengah panas yang menyengat ini.