Jakarta (KABARIN) - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mendorong anak muda untuk melihat kembali perjalanan bangsa sebagai sumber semangat agar Indonesia bisa melangkah menuju Indonesia Emas 2045. Ia menegaskan bahwa nilai kebangsaan, semangat perjuangan, dan landasan spiritual para pendiri bangsa layak dijadikan inspirasi untuk membangun negeri di masa kini.
Ia menyampaikan hal itu saat hadir dalam Forum Diskusi Aktual Berbangsa dan Bernegara yang membahas tema kepemimpinan negarawan. Acara ini adalah hasil kerja sama antara MPR RI dan Yayasan Rumah Kita Berkah Sejahtera dan digelar di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Dalam kesempatan tersebut, HNW menekankan bahwa kepemimpinan yang kuat harus dipahami lewat kacamata sejarah, termasuk peran organisasi sosial politik dan generasi muda dalam perjalanan panjang Indonesia.
HNW juga mengangkat sisi historis Kalimantan Utara. Ia mengingatkan bahwa Tarakan pernah jadi lokasi pertama pendaratan tentara Jepang pada Januari 1942. Meski masa pendudukan Jepang membawa banyak kesulitan, periode itu juga menjadi momentum bagi tokoh-tokoh bangsa memperkuat langkah menuju kemerdekaan. Mereka terus bergerak tanpa henti, baik pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang, hingga akhirnya Indonesia merdeka.
Dalam penjelasannya, ia mengajak anak muda memahami sejarah bukan hanya lewat pesan ‘jas merah’, jangan melupakan sejarah, tetapi juga ‘jas hijau’, yaitu melihat besar peran ulama, pemimpin umat, dan organisasi Islam dalam perjuangan kemerdekaan.
Ia menyebut tokoh-tokoh seperti KH Kahar Muzakir, KH Abdul Halim, KH Anwar Sanusi hingga sosok Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang bekerja berdampingan bersama Soekarno dan Mohammad Yamin. Mereka bermusyawarah dan memberikan gagasan hingga melahirkan dasar negara, konstitusi, dan bentuk bangsa seperti yang dikenal sekarang.
HNW mengingatkan bahwa peran umat Islam di BPUPKI, Panitia Sembilan, hingga PPKI adalah fakta sejarah yang tidak boleh dihapuskan. Menurutnya, nilai agama dan kebangsaan tidak seharusnya dipertentangkan karena keduanya terbukti berjalan seiring dalam proses lahirnya Indonesia.
Ia juga menyoroti pentingnya Tarakan dan Nunukan pada masa kini. Jika dulu wilayah itu menjadi pintu masuk penjajahan, maka generasi hari ini harus memastikan daerah tersebut menjadi benteng ketahanan bangsa. Ia mengajak masyarakat Kalimantan Utara membangun generasi yang memahami sejarah dan tidak membiarkan wilayahnya kembali dimasuki bentuk penjajahan baru, baik dalam bentuk ideologi, ekonomi, maupun perpecahan sosial.
HNW menegaskan bahwa UUD 1945 memberi ruang bagi rakyat untuk terus maju. Karena itu, generasi sekarang perlu menjaga agar konstitusi tetap berjalan sesuai semangatnya dan tidak dilemahkan oleh pengaruh luar.
Ia menutup dengan mengingatkan bahwa apa yang dilakukan bangsa saat ini akan menentukan wajah Indonesia dua dekade mendatang. Ia mencontohkan bagaimana generasi 1920-an berjibaku mempersiapkan kemerdekaan 1945. Menurutnya, semangat itu harus diulang kembali oleh generasi masa kini dan generasi berikutnya demi mengulang keberhasilan yang pernah membawa bangsa ini merdeka.