Jakarta (KABARIN) - Upaya penanganan HIV di Jakarta terus menunjukkan progres positif. Saat ini, sekitar 38.000 orang dengan HIV, atau 80 persen dari total yang terdata dan masih hidup, sudah mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV). Angka ini dinilai sebagai pencapaian besar bagi DKI.
“DKI Jakarta sudah berhasil sekitar 38.000, 80 persen orang HIV yang masih hidup saat ini mendapatkan layanan ARV, dan ini satu prestasi yang sangat baik,” ujar Anggota Asosiasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Halik Sidik Djibran, dalam siniar Rabu Belajar yang digelar Pemprov DKI bertema Hari AIDS Sedunia Tahun 2025.
Bukan cuma itu. Dari mereka yang sudah menjalani pengobatan, sekitar 70 persen sudah melakukan tes viral load HIV untuk memantau efektivitas terapi. Hasilnya? Sangat menggembirakan.
“Di Jakarta, 97 persen orang dengan HIV yang mendapatkan ARV ini tersupresi virusnya, artinya pengobatannya 97 persen berhasil,” kata Halik, yang juga merupakan pengawas Yayasan Kreatifitas Perubahan Aksi Positif (YKPAP) Jakarta.
Meski begitu, masih ada pekerjaan besar. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, estimasi jumlah ODHIV (orang dengan HIV/AIDS) di Jakarta mencapai 70.000–80.000 orang. Dari angka itu, sekitar 48.000 sudah tahu statusnya dan masih hidup.
“Meskipun demikian, kita masih punya gap. Dari estimasi itu, masih ada 20.000 yang belum ketemu. Penting bagi orang-orang yang memiliki perilaku berisiko untuk mendapatkan tes, untuk mengetahui statusnya sehingga pemerintah bisa memberikan layanan kepada mereka,” ujar Halik.
Soal penularan, ia menjelaskan bahwa HIV di Indonesia paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual. Selain itu, penularan juga bisa terjadi lewat penggunaan jarum suntik bersama, dari ibu hamil ke bayi, hingga transfusi darah, meski risiko yang terakhir disebut kini sangat kecil.
“Tetapi Alhamdulillah, saat ini semua darah donor itu tentu diperiksa dengan baik oleh unit transfusi darah PMI sehingga mestinya sangat sedikit (risiko penularan melalui transfusi darah). Jadi, tetap tidak ada penularan HIV melalui transfusi darah,” tegas Halik.
Dengan semakin banyaknya ODHIV yang tersambung ke pengobatan, pemerintah berharap angka penularan dan komplikasi akibat HIV dapat terus ditekan. Pendeknya, makin cepat tahu status, makin cepat bisa ditangani.