Ya, singa yang tertidur. Istilah ini merujuk pada strategi Kluivert melawan Saudi yang tak bisa memaksimalkan potensi pemain dan menerapkan sistem yang cocok
Jakarta (KABARIN) - Jangan terkecoh oleh papan skor. Kekalahan 2-3 atas Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah, Kamis, mungkin terlihat seperti duel yang seimbang, yang menyajikan laga saling jual beli serangan di lapangan.
Lima gol yang tercipta dalam laga pertama Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia itu, mungkin menandakan serangan kedua tim sama baiknya.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan berbeda 180 derajat dengan yang hanya terlihat di papan skor. Di atas lapangan, Elang Hijau terlihat mutlak mendominasi dan membuat Garuda kocar-kacir.
Pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert berjudi dengan melakukan pendekatan formasi 4-2-3-1, formasi yang sebenarnya belum teruji meski di dua laga FIFA Match Day sebelumnya di Surabaya pada September kemarin, membuat Indonesia tak terkalahkan.
Dengan formasi ini, Indonesia menang telak 6-0 atas Taiwan. Namun yang perlu diingat kemenangan itu diraih karena “gap” kekuatan kedua tim terlampau jauh, sehingga tak pantas menjadi tolak ukur. Terlebih, juga ada kesenjangan peringkat dunia FIFA untuk kedua tim. Indonesia di peringkat 119 dunia, sementara Taiwan jauh di bawahnya, di peringkat 173.
Di laga selanjutnya, masih dengan formasi ini, tetapi dengan lawan yang lebih sepadan, yaitu Lebanon dalam laga yang bisa menjadi tolak ukur sistem empat bek ini, Indonesia gagal menuntaskannya dengan baik. Indonesia menguasi 83 persen penguasaan bola, tapi gagal melesatkan satu tembakan tepat sasaran pun dari total sembilan tembakan melawan negara peringkat 113 dunia tersebut.
Di Jeddah, pendekatan ini dibawa Kluivert. Dalam sistem empat bek, duet Jay Idzes dan Kevin Diks, Yakob Sayuri di sisi kanan, dan Dean James menggantikan Calvin Verdonk di area kiri, tak kuasa menahan gempuran tim tuan rumah.
Di tengah, kapten Persib Bandung Marc Klok yang dipilih untuk berduet dengan Joey Pelupessy, gagal memberikan keseimbangan. Ricky Kambuaya yang berada di depan Joey dan Klok, yang selalu tampil bagus di bawah era kepelatihan Kluivert, juga menghilang sentuhan bakatnya tanpa jejak.
Di lini depan, Ragnar Oratmangoen, yang memainkan posisi striker menggantikan Ole Romeny, tumpul dengan tanpa satu pun melesatkan tembakan. Beckham Putra di sayap kiri tak mampu meladeni fisik Arab Saudi, sementara Miliano Jonathans di sayap kanan yang menjadi satu-satunya harapan di sisi penyerangan, malah diganti di babak kedua.
Tidak ada pola permainan yang jelas di lapangan. Itulah gambaran strategi Kluivert kontra Saudi. Menyerang tumpul, bertahan mudah ditembus. Para pemain tampak bingung memahami strategi pelatih 49 tahun tersebut. Hal ini mirip dengan yang terjadi di Osaka empat bulan lalu, saat Indonesia dibantai Jepang 0-6 dengan tanpa satu pun tembakan yang dilesatkan.
Alhasil, Indonesia kalah segalanya dari Saudi, mulai dari penguasaan bola (45 persen-55 persen), total tembakan (10-17), tembakan tepat sasaran (5-10), jumlah operan (314-395), umpan akurat (240-306), dan memasuki sepertiga akhir lapangan (45-76).
Dari segi bertahan, Indonesia juga tak baik-baik saja karena kalah dalam duel lapangan (44 persen-56 persen), duel udara (46 persen-54 persen), dan tekel berhasil (55 persen-81 persen). Untuk bertahan, Indonesia cuma unggul di bagian intersep dan sapuan, dimana mereka melakukan 11 intersep dan 30 sapuan. Yakob Sayuri yang bermain 85 menit menjadi paling rajin melakukan intersep dengan jumlah empat kali. Sementara itu, dari 30 sapuan, 13 di antaranya lahir dari duet Idzes dan Kevin.
Istilah yang disebut Kluivert adalah “Singa”. Para pemainnya berjuang seperti singa dalam laga tersebut. Itu tidak salah untuk menggambarkan perjuangan pemain. Namun, spirit "singa" sebagai "raja hutan" sebenarnya juga bisa ditanamkan Kluivert dalam pola permainannya, agar Merah Putih tampil lebih berani, berenergi, dan ditakuti lawan. Sayangnya, hal ini tidak tampak di pertandingan melawan Saudi.
Para pemain terlihat terlalu pasif, terlalu “sopan” membiarkan lawan “menari-nari” di daerah pertahanan. Lini tengah rapuh, transisi lambat, hingga pergerakan tanpa bola nyaris tak ada.
Parahnya lagi, semua ini sudah terjadi di babak pertama, tapi tak ada perubahan berarti ketika memasuki babak kedua, kecuali dengan masuknya Thom Haye dan Ole Romeny, yang itu pun tergolong terlambat.
Kembali soal singa, hewan ini adalah hewan liar yang punya naluri pemangsa yang kuat. Saat bertarung, singa menggunakan cakar dan giginya yang tajam untuk melukai musuhnya.
Namun, dalam konteks lainnya, singa juga dikenal sebagai hewan “sleeping kings” karena banyak tidur guna mencerna makanan dan menghemat energi yang dibutuhkan untuk berburu serta melindungi wilayahnya. Saat tidur, singa bisa menghabiskan waktu 16-20 jam per hari. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat waktu manusia tidur yang rata-rata memakan waktu 7-9 jam per hari.
Ya, “singa yang tertidur”. Istilah ini merujuk pada strategi Kluivert melawan Saudi yang tak bisa memaksimalkan potensi pemain dan menerapkan sistem yang cocok. Hal ini membuat “cakar dan taring” para pemain tumpul dan naluri “berburu” mereka mati karena seolah tersesat di belantara rimba sendiri.
Dengan kekalahan ini, maka performa Indonesia menunjukkan kemunduran karena di Jeddah tahun lalu (laga pertama putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026), dengan materi pemain yang bisa dibilang tak sebaik sekarang, Indonesia bisa memberikan perlawanan lebih sengit dan meraih satu poin penting dalam skor 1-1.
Rabu dini hari kemarin, Indonesia bisa dibilang beruntung karena mendapatkan dua penalti hasil dari kecerobohan dua pemain Arab Saudi, Hassan Al Tambakti dan Nawaf Bu Washl.
Dua kecerobohan ini sukses “dihukum” oleh Kevin untuk menghindarkan Indonesia dari kekalahan dengan selisih lebih banyak gol. Tanpa dua penalti itu, skor mungkin bisa menjadi gambaran jelas terhadap realitas di lapangan yang terlihat sangat timpang.
Andai tidak ada Maarten Paes
Kluivert bisa jatuh ke jurang lebih dalam lagi andaikan tidak ada kiper Maarten Paes dalam melawan Arab Saudi.
Bagaimana tidak, dalam pertandingan itu, kehadiran Maarten di bawah mistar menjadi alasan besar Indonesia tak kalah lebih banyak.
Indonesia menelan kekalahan 2-3, tapi skor itu bisa saja lebih buruk tanpa aksi heroik kiper. Tercatat, Maarten membuat tujuh penyelamatan, tiga di antaranya menggagalkan peluang emas dari aksi sundulan Firas Buraikan pada menit ke-55 dan dua peluang satu lawan satu Salem Al-Dawsari pada menit ke-74 dan ke-85.
Itu menjadi rekor penyelamatan terbanyak yang dilakukan Maarten dalam satu pertandingan bersama Indonesia. Sebelumnya, Maarten, yang kini memiliki sembilan penampilan, membukukan lima penyelamatan terbanyak ketika membantu Garuda menahan Australia 0-0 yang menghasilkan satu poin penting di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada bulan September dalam laga kedua putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Indonesia saat itu masih dilatih Shin Tae-yong, sementara Australia dinahkodai Graham Arnold, pelatih yang kini menangani Irak, tim yang akan menentukan nasib Indonesia ke Piala Dunia 2026 pada Minggu (12/10) pukul 02.30 WIB.
Tanpa kiper FC Dallas itu, Kluivert dan Indonesia bisa kebobolan minimal lima gol dari The Green Falcons yang mengejar mimpi mereka tampil untuk ketujuh kalinya di Piala Dunia. Jika benar-benar lima gol bersarang, maka itu akan menjadi kekalahan dengan kemasukan minimal lima gol dalam tiga laga tandang berturut-turut di Kualifikasi Piala Dunia 2026, setelah kekalahan 1-5 dari Australia di Sydney dan 0-6 dari Jepang di Osaka.
Sofascore mencatat, kiper 27 tahun itu pemain terbaik kedua Indonesia di malam itu setelah Kevin Diks. Maarten mendapatkan rating 7,9 dari Sofascore atau dengan kata lain hanya kalah 0,1 dari perolehan Kevin yang mencetak dua gol penalti dalam pertandingan tersebut.
Selain tujuh penyelamatan, penilaian positif Sofascore juga karena Maarten berkontribusi dalam melakukan pukulan bola sebanyak dua kali, lalu satu klaim tinggi, 50 sentuhan, 32 umpan dengan akurasi 63 persen, sembilan umpan panjang akurat, dua sapuan, dan satu duel udara sukses.
Kluivert mengakui Maarten tampil cemerlang malam itu. Pelatih asal Belanda tersebut juga salut dengan penampilan Maarten yang langsung kembali ke bentuk terbaiknya, meski sudah lama absen karena cedera hamstring, yang membuatnya absen dalam tujuh pertandingan FC Dallas di Major League Soccer (MLS) 2025 dan dua laga FIFA Match Day tim Garuda pada September kemarin di Surabaya melawan Taiwan (6-0) dan Lebanon (0-0).
“Setelah lama absen, saya perlu mengangkat topi kepada penjaga gawang karena dia memainkan permainan yang fantastis hari ini,” ucap Kluivert.
Yang masih bisa disyukuri
Hal yang patut disyukuri adalah kecerobohan cara bertahan Arab Saudi membuat peluang Indonesia ke Piala Dunia 2026 masih terjaga, termasuk mendapatkan golden tiket menuju pesta sepak bola dunia empat tahunan tersebut.
Indonesia masih berpeluang lolos langsung melalui jalur menjadi juara grup di putaran keempat. Syaratnya adalah, Jay Idzes dan kawan-kawan hukumnya wajib mengalahkan Irak di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah, pada Minggu (12/10) pukul 02.30 WIB nanti.
Tak ada kata lain selain menang. Bila sanggup mengalahkan Irak, Indonesia tinggal berharap ada keajaiban di laga terakhir Grup B yang mempertemukan Arab Saudi dengan Irak pada Rabu (15/10) pukul 01.45 WIB. Di laga itu, Irak harus mengalahkan Saudi, dengan syarat dalam hitung-hitungan selisih gol di akhir klasemen mereka tak lebih baik dari Indonesia.
Dari skema ini, Indonesia bisa melenggang langsung ke Piala Dunia 2026. Namun, yang perlu diingat adalah dengan satu kemenangan tak semata-mata hanya memunculkan satu kemungkinan yang menguntungkan.
Masih ada dua kemungkinan lain yang berarti dua hal untuk Indonesia. Satu, mereka melaju ke babak kualifikasi putaran kelima sebagai runner-up. Kemungkinan terakhir adalah tetap menghuni dasar klasemen dan mengucapkan “sayonara” kepada Piala Dunia 2026.