Tokyo (KABARIN) - Puluhan perusahaan di Jepang kini mulai mengandalkan kombinasi citra satelit dan kecerdasan buatan (AI) untuk menemukan rumah-rumah kosong yang sudah lama terbengkalai, bahkan yang bisa dibeli super murah. Laporan ini disampaikan oleh kantor berita Kyodo pada Senin (24/11).
Salah satu pemain utamanya adalah startup Where Inc. Mereka menggunakan AI yang dilatih dengan puluhan ribu foto untuk mendeteksi atap-atap yang terlihat tua dan rusak, berdasarkan ciri seperti karat, perubahan warna, hingga bentuk yang sudah tidak rapi. Begitu rumah terindikasi tak berpenghuni, sistem akan menandainya langsung di citra satelit.
Langkah ini terbukti membantu banyak orang, salah satunya Kotaro Yasue. Lewat Where, ia menemukan sebuah rumah kayu dua lantai yang ternyata sudah dibiarkan kosong lebih dari 10 tahun. Setelah berhasil menghubungi pemilik lewat catatan properti, Yasue akhirnya membeli rumah itu hanya dengan harga 1 yen atau sekitar Rp106.
"Sebelum saya mulai menggunakan layanan ini, saya harus mengunjungi agen properti lokal atau datang sendiri ke lokasi," ujar Yasue yang menjalankan jasa penyewaan rumah di Prefektur Gifu.
Fenomena rumah kosong di Jepang memang makin serius. Data pemerintah menunjukkan ada sekitar 9 juta rumah terlantar pada 2023, jumlah yang terus bertambah seiring menurunnya populasi dan menua-nya masyarakat.
Menurut Where, kemampuan AI mereka sebenarnya berakar dari teknologi analisis permukaan Bulan yang dikembangkan entitas berafiliasi dengan Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA). Dari mendeteksi kawah di Bulan, kini teknologinya dipakai untuk melacak rumah terbengkalai, bahkan lahan yang berpotensi dijadikan tempat parkir atau lokasi panel surya.
Sejak diluncurkan pada 2024, startup berbasis Tokyo itu sudah mengantongi sekitar 50 klien. Target mereka sederhana namun cukup ambisius: membantu perusahaan memanfaatkan lahan dan properti yang selama ini terbengkalai.
"Kami ingin membantu (perusahaan-perusahaan) memanfaatkan real estat yang belum digarap secara efektif," kata seorang pejabat Where.
Dengan teknologi yang makin canggih dan harga rumah yang kadang cuma “seharga permen”, Jepang sepertinya sedang membuka babak baru dalam urusan properti yang lebih futuristik, lebih efisien, dan mungkin saja lebih murah dari perkiraan siapa pun.