Petingnya menjaga keseimbangan metabolisme di tengah pola hidup modern

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Di tengah pola hidup modern yang penuh tekanan, mulai dari stres tinggi, makanan serba instan, sampai kurang gerak, keseimbangan metabolisme tubuh kita ternyata semakin mudah terganggu. Hal ini disampaikan oleh Dr. Luigi Gratton, pakar kesehatan sekaligus Office of Health and Wellness and Chair, Herbalife Nutrition Advisory Board, dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.

Menurut Dr. Luigi, metabolisme bukan cuma soal “seberapa cepat kita membakar kalori”, tapi juga berkaitan dengan cara tubuh berfungsi, merespons lingkungan, hingga proses penuaan. “Untungnya, perubahan kecil yang disengaja dalam kebiasaan sehari-hari, dimulai dari nutrisi, gerakan, dan istirahat dapat memberikan dampak yang signifikan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, stres kronis bisa meningkatkan kadar kortisol yang memicu tubuh menyimpan lebih banyak lemak. Ditambah lagi, kebiasaan makan makanan olahan tinggi gula dan rendah serat membuat nafsu makan jadi tidak stabil dan berdampak pada kesehatan usus serta sensitivitas insulin, yang sangat penting dalam pengaturan energi.

Tak berhenti di situ, kebiasaan duduk lama, baik karena pekerjaan kantor atau kemacetan juga ikut memperlambat metabolisme. Minimnya aktivitas otot membuat tubuh mengeluarkan energi lebih sedikit dan memicu ketidakseimbangan energi.

Untuk memulihkan fleksibilitas metabolik, Dr. Luigi menyarankan tiga fokus utama: pola makan, gerak tubuh, dan kualitas tidur.

Dalam hal nutrisi, ia merekomendasikan konsumsi protein tanpa lemak untuk membantu membangun dan menjaga massa otot, sebagai komponen yang bisa meningkatkan laju metabolisme meski saat tubuh beristirahat. Serat dari sayuran, buah, dan biji-bijian juga penting untuk menjaga kesehatan usus dan menstabilkan gula darah. Ia menambahkan bahwa polifenol dari buah jeruk dan capsicum dari cabai bisa mendukung fungsi metabolik, selama dikonsumsi dalam diet yang seimbang.

Soal aktivitas fisik, Dr. Luigi menyebut gerakan sebagai “katalisator” metabolisme. Mulai dari olahraga teratur sampai jalan cepat, semua membantu tubuh mengatur pemanfaatan energi dan gula darah. “Semakin banyak seseorang bergerak, semakin besar peluang untuk mempertahankan kemampuan fungsional tubuh di masa mendatang,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya tidur yang berkualitas sebagai bagian dari pemulihan metabolik. Saat tidur, tubuh memperbaiki fungsi internal, menyeimbangkan hormon lapar dan kenyang, meningkatkan sensitivitas insulin, hingga menurunkan kadar kortisol. Membatasi layar sebelum tidur dan menjaga jam tidur yang konsisten dinilai mampu membuat istirahat lebih optimal.

“Kesehatan metabolisme dibangun melalui langkah-langkah kecil yang dilakukan setiap hari. Bahkan kebiasaan sederhana dapat memberikan dampak besar bagi energi, suasana hati, dan vitalitas jangka panjang,” ujar Dr. Luigi.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka