Health

Anak sulit matematika bisa jadi alami diskalkulia, ini tanda dan penyebabnya

Jakarta (KABARIN) - Banyak orang tua masih menganggap kesulitan anak dalam pelajaran matematika sebagai tanda kurang latihan atau kurang fokus. Padahal, jika masalah ini terus berulang dan disertai rasa cemas berlebihan, bisa jadi anak mengalami diskalkulia.

Diskalkulia adalah gangguan belajar spesifik yang berkaitan dengan pemahaman angka dan konsep matematika. Kondisi ini bukan tanda anak malas atau kurang cerdas. Anak dengan diskalkulia hanya memproses angka dengan cara yang berbeda, sementara kemampuan di bidang lain bisa tetap sangat baik.

Gangguan ini mirip dengan disleksia, tetapi area otak yang terdampak berbeda. Jika disleksia memengaruhi kemampuan membaca, diskalkulia berkaitan langsung dengan pemahaman angka dan perhitungan. Kondisi ini juga kerap ditemukan bersamaan dengan ADHD, meski keduanya bukan gangguan yang sama.

Diskalkulia umumnya mulai terdeteksi pada anak usia sekolah, terutama di rentang 6 hingga 9 tahun, saat materi matematika mulai meningkat tingkat kesulitannya.

Penyebab diskalkulia

Hingga kini, penyebab pasti diskalkulia belum dapat dipastikan. Namun, sejumlah faktor diduga berperan dalam munculnya kondisi ini.

• Faktor genetik atau keturunan

Diskalkulia sering ditemukan dalam satu garis keluarga. Anak yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan belajar berisiko lebih tinggi mengalami kondisi serupa.

• Perbedaan struktur dan fungsi otak

Penelitian menunjukkan adanya perbedaan pada area otak yang bertugas mengolah angka dan perhitungan. Perkembangan area ini bisa lebih lambat atau memiliki koneksi antarsel yang lebih sedikit.

• Kondisi medis tertentu

Diskalkulia juga dapat muncul akibat gangguan kesehatan yang memengaruhi otak, seperti cedera kepala, tumor otak, stroke, gangguan sistem imun, atau kejang.

• Muncul bersamaan dengan gangguan lain

Kondisi ini sering ditemukan bersamaan dengan disleksia, autisme, atau gangguan pemrosesan sensorik, meski masing-masing memiliki karakteristik berbeda.

Gejala diskalkulia

Gejala diskalkulia bisa berbeda pada setiap anak dan biasanya semakin terlihat seiring bertambahnya usia.

• Usia prasekolah

Anak kesulitan menyebutkan urutan angka, bingung mengenali pola sederhana, dan sulit mengaitkan angka dengan jumlah benda. Anak juga kerap salah saat diminta mengambil jumlah barang tertentu.

• Usia sekolah dasar

Anak kesulitan memahami penjumlahan dan pengurangan dasar, masih sering mengandalkan jari untuk berhitung, bingung membedakan simbol matematika, serta sulit memahami konsep perbandingan.

• Usia remaja

Kesulitan berkembang ke arah yang lebih kompleks, seperti memahami pecahan, desimal, membaca grafik atau tabel, serta menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti menghitung diskon atau total belanja.

• Respons emosional

Selain hambatan akademik, anak dengan diskalkulia sering mengalami kecemasan berlebihan, rasa takut terhadap pelajaran matematika, perilaku menolak belajar, hingga keluhan fisik seperti sakit perut atau mual saat ujian.

Dengan mengenali penyebab dan gejalanya sejak dini, orang tua dan pendidik dapat memberikan dukungan yang tepat agar anak tetap percaya diri dan berkembang sesuai potensinya, tanpa harus terjebak stigma soal kecerdasan.

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Copyright © KABARIN 2025
TAG: