Jakarta (KABARIN) - Psikolog klinis forensik Kasandra Putranto membagikan tips penting bagi orang tua atau pendamping remaja terkait penggunaan gadget. Ia menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda awal kecanduan digital pada anak atau remaja.
Kasandra juga menjelaskan kapan sebaiknya mencari bantuan profesional untuk menangani masalah ini. Langkah tersebut dinilai krusial agar remaja mendapatkan penanganan tepat dan mencegah dampak negatif jangka panjang dari kecanduan gadget.
"Tanda utamanya adalah ketika gadget bukan sekadar alat hiburan lagi, tapi sudah mengganggu kesehatan mental, fisik, dan fungsi sosial anak," kata Kasandra kepada ANTARA, Rabu. Masalah kecanduan gadget kini cukup banyak terjadi di kalangan remaja di Indonesia.
Data BKKBN menyebutkan dari 68 juta remaja usia 10-24 tahun, sekitar 34 persen mengalami kecanduan gadget yang membuat mereka merasa kesepian. Satu dari empat remaja bahkan mengalami stres hingga berdampak ke kesehatan mental karena penggunaan gawai yang mendominasi keseharian mereka.
Kasandra menjelaskan beberapa ciri remaja yang butuh pertolongan profesional, misalnya nilai sekolah menurun drastis, mudah marah atau cemas berlebihan jika tidak memegang gadget, kehilangan minat pada aktivitas lain, hingga gangguan tidur dan masalah fisik seperti sakit kepala atau nyeri mata. "Pada titik ini, psikolog dapat membantu dengan terapi perilaku kognitif untuk melatih kontrol diri dan mengganti kebiasaan," ujarnya.
Jika gejala sudah berat dan melibatkan gangguan emosi serius seperti depresi atau kecemasan klinis, intervensi psikiater dibutuhkan termasuk kemungkinan terapi medis. Kasandra juga membagikan beberapa kiat bagi remaja untuk mulai melepaskan diri dari kecanduan gadget, mulai dari pemantauan mandiri dengan mencatat durasi penggunaan, membatasi waktu gadget, sampai mencari kebiasaan baru seperti membaca, menulis jurnal, atau olahraga.
Langkah terakhir adalah detoks digital terutama saat makan atau sebelum tidur. "Yang paling penting adalah kesadaran diri bahwa penggunaan gadget sudah berlebihan, kemudian secara bertahap menggantinya dengan aktivitas lain yang lebih sehat," tutur Kasandra.