Jakarta (KABARIN) - Dalam merencanakan kehidupan berkeluarga, pasangan muda juga perlu memperhitungkan pemenuhan kebutuhan jangka panjang, seperti hunian, yang memerlukan akses pembiayaan dari lembaga keuangan.
Head of Consumer Business CBI Nora Asteria menyampaikan perlunya literasi finansial, termasuk pengetahuan tentang pengajuan kredit, bagi pasangan muda yang berencana berkeluarga.
"Perencanaan keluarga yang matang bukan hanya soal berapa anak yang ingin dimiliki, tetapi juga bagaimana setiap pasangan membangun kepercayaan finansial bersama," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers perusahaan pada Kamis.
"Saat mengajukan pinjaman, lembaga keuangan menilai profil risiko kedua belah pihak, bukan hanya salah satu. Karena itu, memahami dan menjaga skor kredit sejak awal menjadi bagian penting dari stabilitas keuangan keluarga," katanya.
Menurut Buku Saku Cerdas Mengelola Keuangan keluaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pasangan dalam hal ini sebaiknya menetapkan prioritas kebutuhan, merencanakan pembiayaan untuk aspirasi besar seperti pembelian aset atau modal usaha, serta memilih fasilitas kredit sesuai kemampuan pembayaran.
Pengetahuan mengenai skor kredit diperlukan dalam pengambilan keputusan finansial berkenaan dengan hal-hal tersebut.
Salah satu penilaian utama dalam menentukan kemampuan dan risiko peminjam adalah skor kredit, yang dipengaruhi oleh reputasi finansial seseorang.
Faktor penentu reputasi finansial seseorang antara lain riwayat pembayaran, pengelolaan kewajiban, serta kedisiplinan membayar cicilan.
Nora mengemukakan pentingnya keterbukaan kondisi finansial sebelum menikah untuk mencegah kesalahpahaman di kemudian hari.
Dia ​​​​​​mengatakan bahwa literasi kredit merupakan bagian dari warisan finansial keluarga, karena dapat membentuk kebiasaan pengelolaan keuangan yang lebih sehat.
"Skor kredit bukan sekadar angka. Ia mencerminkan tanggung jawab dan kesiapan menghadapi masa depan. Langkah kecil hari ini dapat menjadi investasi bagi ketenangan keluarga di masa depan," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, pasangan muda sebaiknya belajar memahami laporan kredit, termasuk cara melihat karakter pengelolaan utang diri maupun pasangan berdasarkan catatan tersebut.
Ia mengingatkan adanya risiko penyalahgunaan identitas finansial dalam keluarga, terutama ketika salah satu pihak menggunakan akun atau data pribadi pasangan untuk mengajukan pinjaman tanpa persetujuan.
"Banyak kasus terjadi ketika identitas pasangan dipakai untuk kebutuhan berisiko seperti judi daring. Dampaknya bukan hanya pada cicilan, tetapi merusak reputasi kredit pribadi yang sebenarnya tidak terlibat," ia menjelaskan.
Pasangan muda yang hendak berkeluarga juga disarankan mempelajari pembelian aset, termasuk perihal pembayaran uang muka dan plafon pinjaman, serta memperhitungkan kemampuan mencicil secara realistis.