Jakarta (KABARIN) - Virus Respiratory Syncytial Virus atau RSV ternyata bisa menyebabkan infeksi serius pada bayi, bahkan sampai butuh perawatan intensif di rumah sakit. Hal ini diungkapkan oleh dr. Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni, Sp.OG, IBCLC, seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
"Gejala virusnya itu sudah sangat mengganggu, untuk kita saja yang dewasa, kita sakit mungkin bisa menyampaikan ketidaknyamanan. Tapi kalau pada bayi ke bawah tidak bisa seperti itu," kata Nisa dalam pertemuan media di Jakarta, Selasa.
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini menjelaskan bahwa RSV jauh lebih berbahaya dari sekadar flu biasa. Secara global, RSV sudah menjadi penyebab utama Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) pada anak-anak.
RSV berpotensi membuat anak terkena infeksi seperti bronkiolitis dan pneumonia. Walaupun sering dianggap sama, kedua penyakit ini sebenarnya memiliki perbedaan signifikan.
Bronkiolitis, yang disebabkan oleh virus RSV, menyerang saluran napas kecil. Gejala umumnya meliputi demam dan sesak napas. Beberapa pasien juga bisa mengalami napas berbunyi atau mengi.
Sementara itu, pneumonia bisa dipicu oleh beragam penyebab, mulai dari virus, bakteri, hingga jamur. Virus yang masuk ke tubuh cenderung menyerang jaringan di dalam paru-paru.
Menurutnya, jika anak mengalami demam tinggi, kemungkinan besar pneumonia disebabkan oleh infeksi virus. Namun, jika demamnya naik turun dan tidak ada perbaikan, ada indikasi pneumonia disebabkan oleh bakteri. Untuk memastikan penyebab pneumonia, dokter perlu melakukan pemeriksaan sekret yang memerlukan waktu.
Nisa menekankan bahwa RSV paling berbahaya bagi bayi yang berada dalam enam bulan pertama kehidupannya. Pada usia ini, sistem imun bayi belum matang dan baru mulai membangun kekebalan tubuh. Kerentanan semakin tinggi karena bayi belum bisa mendapatkan imunisasi khusus RSV.
Oleh karena itu, Nisa sangat menyarankan ibu hamil untuk segera mendapatkan vaksinasi RSV. Vaksin ini dianjurkan diberikan antara usia 28 hingga 36 minggu kehamilan. Periode ini dianggap masa emas untuk transfer antibodi secara maksimal dari ibu ke janin sebelum bayi lahir.
"Dari seluruh pneumonia pun, yang disebabkan oleh karena Pneumococcus pneumonia yang bayi disuntik vaksin PCV di bulan ke-2, 4, 6, dan 12, itu hanya melindungi 6,7 persen dari seluruh kejadian pneumonia yang diakibatkan non-RSV. Kalau RSV itu 31,1 persen, jadi ada perbedaan besar," ucap dia.
Melalui Studi Matisse yang melibatkan sekitar 7.400 ibu hamil, terbukti bahwa vaksin RSV memiliki efikasi yang tinggi terhadap ISPB yang disebabkan oleh virus ini.
"RSV adalah ancaman nyata bagi Indonesia, imunisasi selama kehamilan adalah strategi paling efektif untuk melindungi bayi," tutupnya.