Ini alasan mengapa banyak klub Inggris menggunakan akhiran "Ham"

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Kalau kamu pecinta Premier League atau penggemar sepak bola Inggris, pasti sering dengar nama klub yang berakhiran “-ham”. Ada West Ham United, Tottenham Hotspur, Nottingham Forest, Birmingham City, Fulham, sampai Gillingham. Buat sebagian orang, akhiran ini mungkin terlihat seperti ciri khas unik klub-klub Inggris. Tapi ternyata, ada sejarah panjang di balik kata sederhana itu.

Asal-usul dari bahasa Inggris kuno
Akhiran “-ham” sebenarnya berasal dari bahasa Anglo-Saxon atau Inggris Kuno. Dalam bahasa itu, ham berarti “rumah,” “pemukiman,” atau “lahan pertanian.” Jadi, nama tempat yang berakhiran “-ham” pada dasarnya merujuk pada sebuah wilayah tempat orang tinggal.

Contohnya:

  • Birmingham: berarti “pemukiman milik Beorma”
  • Nottingham: berarti “pemukiman kaum Snot”
  • Fulham: berarti “pemukiman rakyat Fulla”

Dengan kata lain, nama-nama ini bukan sekadar label kota, tapi cerminan siapa yang tinggal di sana berabad-abad lalu.

Kenapa jadi nama klub bola?
Ketika sepak bola modern lahir di Inggris pada abad ke-19, banyak klub memakai nama daerah asalnya. Karena banyak kota di Inggris memang berakhiran “-ham,” otomatis klub-klub dari wilayah itu ikut membawa akhiran yang sama.

  • West Ham United: berasal dari distrik West Ham di London Timur
  • Tottenham Hotspur: dari daerah Tottenham di London Utara
  • Birmingham City: dari kota Birmingham

Artinya, “-ham” bukanlah istilah sepak bola, melainkan identitas geografis yang kebetulan terbawa ke dalam dunia bola.

Bukan cuma “-ham”, ada juga akhiran lain
Sejarah Inggris penuh campuran budaya Anglo-Saxon, Viking, hingga Romawi. Itu sebabnya selain “-ham,” kita juga sering menjumpai akhiran lain di nama kota (dan akhirnya klub):

  • “-ton”: kota/tanah milik, contohnya Brighton, Wolverhampton
  • “-burgh/bury”: pemukiman berbenteng, contohnya Middlesbrough, Canterbury
  • “-ford”: tempat menyeberang sungai, contohnya Oxford, Hereford
  • “-mouth”: muara sungai, contohnya Plymouth, Bournemouth
  • “-by”: dari bahasa Norse (Viking) berarti desa, contohnya Derby, Selby, Whitby
  • “-cester”: berarti benteng, contohnya Manchester (dari Benteng Mamucium era Romawi)

Jadi, setiap kali kita menyebut nama klub Inggris, sebenarnya kita juga sedang menyebut jejak sejarah bangsa-bangsa yang pernah mendiami tanah Inggris.

Dampaknya buat sepak bola modern
Nama klub dengan akhiran “-ham” (atau akhiran lain) bukan cuma sekadar identitas lokal, tapi juga merek global. Saat fans dari seluruh dunia menyebut West Ham atau Fulham, mereka secara nggak langsung juga membawa sejarah panjang yang sudah melekat lebih dari seribu tahun.

Bagi klub, nama ini jadi warisan budaya sekaligus brand sepak bola yang kuat. Mereka bukan cuma mewakili sebuah tim, tapi juga daerah, sejarah, dan komunitas yang ada di belakangnya.

Akhiran “-ham” di klub-klub Inggris bukanlah kebetulan atau gaya-gayaan. Itu adalah warisan dari bahasa Anglo-Saxon yang berarti pemukiman. Dan ketika sepak bola modern lahir, warisan itu terbawa hingga jadi identitas klub. Jadi, setiap kali kamu sorak-sorai “Come on you Irons!” untuk West Ham, atau bahas duel Birmingham, tanpa sadar kamu juga sedang menyebut sepotong sejarah Inggris kuno yang kini hidup lewat sepak bola.

Baca juga: Britpop dan sepak bola tumbuh bersama sebagai simbol kelas pekerja

Bagikan

Mungkin Kamu Suka